Dalam analisis tambahan terkait dengan analogi ini, selain faktor elektabilitas, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil Pilpres 2024, antara lain:
Kekuatan koalisi partai
Berdasarkan teori partikel dalam kotak potensial, kekuatan koalisi partai dapat dianalogikan dengan energi potensial kotak potensial. Semakin besar energi potensial kotak potensial, semakin besar pula kekuatan koalisi partai tersebut. Dalam konteks Pilpres 2024, ada tiga koalisi partai yang telah terbentuk, yaitu:
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
KIB adalah koalisi partai yang memiliki energi potensial yang paling rendah. Hal ini dikarenakan KIB hanya terdiri dari tiga partai politik, yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP. Ketiga partai politik tersebut memiliki basis pendukung yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk menyatukan mereka dalam satu visi dan misi yang sama.
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Kebangkitan Indonesia Raya) yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya memiliki energi potensial yang sedang. Hal ini dikarenakan koalisi ini terdiri dari empat partai politik, yaitu Partai Gerindra, PKS, Partai Demokrat, dan Partai Bulan Bintang. Keempat partai politik tersebut memiliki basis pendukung yang cukup luas, sehingga lebih mudah untuk menyatukan mereka dalam satu visi dan misi yang sama.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan), Partai Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
KIM adalah koalisi partai yang memiliki energi potensial yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan KIM terdiri dari tiga partai politik, yaitu PDI Perjuangan, Nasdem, dan PKS. Ketiga partai politik tersebut memiliki basis pendukung yang kuat dan ideologi yang sama, sehingga lebih mudah untuk menyatukan mereka dalam satu visi dan misi yang sama.
Tentu saja, analisis ini masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan perkembangan politik yang terjadi. Kekuatan koalisi partai dapat meningkat atau menurun tergantung pada faktor-faktor lain, seperti dinamika politik internal partai dan sikap publik terhadap koalisi tersebut.
Berdasarkan analogi teori partikel dalam kotak potensial, peluang Anies-Muhaimin untuk memenangkan Pilpres 2024 adalah yang paling besar. Hal ini karena Anies Baswedan memiliki elektabilitas yang tertinggi dan Muhaimin Iskandar memiliki pengalaman dan jaringan politik yang luas.