Mohon tunggu...
IRWANSYAH
IRWANSYAH Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mari Belajar Bersama

Ketum Komisariat IMM Shin'nichi 2018-2019 Sekretaris Jendral Koorkom UM Surabaya 2019-2020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengikuti Budaya atau Memilih Modernisasi Pada Generasi Madura

8 September 2021   23:51 Diperbarui: 8 September 2021   23:53 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pulau Madura di kisah kan bahwa pada zaman dahulu di lihat oleh para nelayan hanya terlihat sebagai puncak-puncak dataran tinggi yang sekarang sudah menjadi bukit-bukit, serta beberapa dataran yang ketika air laut sedang surut dataran tersebut akan terlihat, maka sebaliknya apabila laut sedang pasang dataran tersebut tidak tampak di bawah permukaan air. Puncak-puncak yang terlihat tersebut di antaranya sekarang disebut Gunung Geger yang terletak di Kabupaten Bangkalan, dan Gunung Payudan terletak di Kabupaten Sumenep.

Pulau Madura terletak di bagian timur Pulau Jawa, Madura di kenal oleh banyak orang dengan keangkuhan dan gigih dalam bekerja keras tidak hanya itu Madura mempunyai adat Sapi Kerap yang tak kalah terkenal untuk saat ini. Adapun tempat wisata sudah tergolong banyak tersentuh oleh masyarakat hingga artis dan siaran televisi swasta pernah meliput. 

Besar Pulau Madura kurang lebih dari 5.168 km lebih kecil dari pulau bali dengan hampir penduduk 4 juta jiwa. Madura di bagi menjadi empat Kabupaten yang dimana terdiri dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep dari ke-empat Kabupaten tersebut merupakan Kabupaten kebanggaan orang-orang Madura, orang Madura dikenal oleh banyak orang adalah orang para pekerja keras dan watak keras yang dimana banyak yang sudah sukses ditempat perantauan seperti di Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Papua hingga luar Negara mungkin bisa jadi? tempat perantauan orang Madura, "dimana kita singgah di situlah kita harus sukses" itu adalah semboyan orang Madura ketika mencari nafkah.

Perkembangan dan pertumbuhan pada generasi muda di Pulau Madura sangatlah rendah karena dihambat oleh perekonomian keluarga yang terkadang tidak mencukupi dalam satu bulannya di lihat dari pendapatan per kapita 9 juta-15 juta per tahun. 

maka dari itu anak muda yang ingin berkembang harus keluar dari lingkaran tersebut dengan cara mereka masing-masing seperti menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau pergi merantau yang saat ini adalah paling banyak minat oleh anak muda Madura. Mereka yang tidak paham akan modern mereka akan tinggal dalam lingkaran tersebut terus berputar mengelilingi sumbu yang tiada ujung hingga akhirnya jenuh dalam kesendirian.

Ketergantungan seseorang pada suatu kaum merupakan hambatan secara perlahan-lahan pada perkembangan diri sendiri untuk berubah bagaimana caranya berfikir positif serta sejahtera diri, pada dasarnya manusia harus bertumbuh dengan caranya sendiri dengan pemasukan yang baik juga, kita mengambil contoh pada tumbuhan yang sering di siram air pada pagi hari maka akan bertumbuh besar serta mempunyai cabang, dahan yang kokoh dan daun yang hijau. 

Menerima keadaan hidup atau ingin berubah memperbaiki diri menjadi lebih baik, kegelisahan yang sering terjadi adalah pertumbuhan daya pikir pada generasi Madura masih terbayang-bayang oleh generasi sebelumnya yang rata-rata gagal dalam menjalani akademik di Pulau Jawa, mereka lebih memilih membuka usaha dibandingkan mengejar akademik semestinya keduanya harus berjalan dengan mengatur waktu yang baik.

Mereka yang masih tenggelam dalam budaya tersebut akan menetap di Pulau Madura hanya menjadi beban orang tua tanpa ada penghasilan hingga akhirnya pergi untuk merantau keluar negeri, bagi mereka yang sudah paham perkembangan zaman serta mengetahui akademik, itu sangat dibutuhkan untuk menjadikan lebih baik maka mereka akan mengenyam pendidikan terlebih dahulu supaya nantinya tidak akan bertahan dalam lingkaran setan.

Generasi muda pada dasarnya merupakan harapan bagi mereka yang sudah lanjut usia yang nantinya tonggak kepemimpinan atau keberlanjutan suku Madura tergantung pada generasi mudanya, bagaimana mereka mengelola tatanan suku Madura. 

Generasi yang saat ini harus sudah memulai menata diri sebagai pengganti yang tangguh dalam menghadapi budaya "pola pikir pendek" yang turun temurun tetap berkeliaran pada cara pikir mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun