Mohon tunggu...
Irwan Safari
Irwan Safari Mohon Tunggu... -

Belajar, belajar, dan belajar!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

“Jalan-Jalanya Mimpi”

18 September 2011   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu jalan itu yang mengantarkan mimpi

Menetaskan tangis dan tawa

Kadang tersungkur, kadang terbang melayang

Mengelilingi samudera yang tak ganas ombaknya

Kepedihan menerpa, melilit rasa hati yang rapuh

Ujung jalan itu masih jauh

Tapi mengapa suara itu membangunkan tidur lelap

Melentingkan mimpi yang belum usai

Detak jantung semakin bergemuruh

Mengirimkan jeritan bisu, sekarat

Keluh kesah dan sayu angan saat itu

Membidikkan mata pada pancuran air yang keruh

Kini jalan itu mulus bak pipi bidadari

Tak satupun bongkah penderitaan membusung

Namun penuh liku, menggoda dan penipu

Karena derita itu sebenarnya ada dibalik bedak yang membeku

Jadi cerita itu hanya sebuah kebohongan

Datang dibawa angin yang enggan berhembus

Terselip dalam mimpi yang tak berujung

Jangan lalai, teruslah berjalan

Bengkel Puisi, Bengkalis 24 Agusutus 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun