Mohon tunggu...
Irwan Septiawan
Irwan Septiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis & Kordinator Media Padjadjaran

Berjalan kedepan sambil memungut Ranting kering yang mulai ditinggalkan orang lain . Cita-cita ngan Hiji , nyaksian Bumi Pertiwi gemah ripah repeh rapih gemah ripah loh jinawi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Anti Sosial dalam Serikat Pekerja

12 Mei 2019   13:12 Diperbarui: 12 Mei 2019   13:20 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum wr. wb.
Selamat siang sahabat buruh dimanapun kalian berada , selamat berlibur atau berlembur dihari minggu pertama di bulan suci nan mulia ini .
Sudah kodrat manusia sebagai makhluk sosial meskipun belakangan mulai tenar istilah anti sosial , istilah untuk orang orang yang cenderung individualis dalam menjalankan hidupnya . lalu apa hubungannya dengan buruh?

Kaum buruh bukan sebutan untuk suatu kaum atau perkelompok saja , tapi buruh secara general adalah anda-anda yang penghasilannya masih di gaji oleh orang lain . termasuk orang orang yang anti sosial itu juga apabila pekerjaannya masih tergantung pada gaji yang diberikan orang lain.

Sedikit bias apabila ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang profesionalis bukan seorang buruh . dan biasanya orang tersebut begitu antipati pada perkumpulan / perserikatan . padahal kita tahu sendiri bahwa orang yang berprofesi sebagai dokter pun ada perkumpulannnya bila di Indonesia ada IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ) . jadi dapat disimpulkan se profesional apapun pekerjaan anda , anda perlu sebuah wadah , apalagi hanya seorang buruh ? Koq begitu anti sama yang namanya serikat ?

Keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan kesejahteraan kaum buruh / kelas pekerja semua nya didasari atas perjuangan kawan kawan serikat baik dikelas perindustri maupun tingkat nasional sekalipun . kita lihat sejarah dari awal terbentuk nya serikat pekerja di Indonesia yang berperan penting dengan kebijakan pemerintah yang kita nikmati saat ini contohnya tunjangan THR . tapi saat ini masih ada sebagian orang - orang yang kerja tapi tidak mendapat THR nya . mayoritas mereka yang bekerja hanya menjalankan kerja tanpa membentuk perkumpulan , sehingga tidak ada power untuk menekan perusahaannya untuk memberikan kebijakan tersebut.

Dari narasi dan gambar diatas kita ingin menyampaikan bahwa kenyamanan dan kesejahteraan anda selama bekerja tidak serta merta kebijakan perusahaan saja apalagi di zaman perekonomian yang sangat kapitalis seperti saat ini , ada peran besar SERIKAT didalamnya yang menuntut , memaksa , melobby management perusahaan untuk memberikan Hak-hak anda sesuai dengan prinsip kemanusiaan dan taat pada peraturan pemerintah .

namun mirisnya kebanyakan orang yang aktif dalam Serikat justru dianggap benalu dalam perusahaan dan mendapatkan perlakuan yang tidak begitu sedap untuk diceritakan , Seperti demosi jabatan , mutasi pekerjaan , tidak diberi lemburan , bahkan di acuhkan oleh teman teman sejawatnya , yang paling berbahaya adalah perusahaan selalu mencari-cari kesalahan orang-orang yang berkecimpung di serikat untuk lebih cepat disingkirkan ( PHK ) .

Pengorbanan kawan kawan Pengurus serikat ini bukan tidak disadari , banyak juga pengurus yang perlahan mundur karena tekanan-tekanan tersebut , yang mental nya belum sampai pada apa yang disebut dengan Jiwa Itsar ( Mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan Orang Lain ) dan masih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan mengamankan posisi nyaman yg sudah didapat diperusahaan .

Tidak semua manusia punya pikiran , hati dan jiwa yang sama . namun ketika manusia tersebut sudah tidak peduli dengan kehidupan sosialnya bahkan selalu memandang sinis perkumpulan hanya karena tidak sejalan dengan cara hidup individualisnya , kami hanya punya satu permintaan , "Berkacalah ! " .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun