Jadi, psikotes bisa dilatih. Tapi akan lebih efektif kalau kita rutin melakukan kegiatan yang mampu meningkatkan kemampuan numerikal dan verbal, juga melatih dalam mengendalikan emosi.
Tes kesehatan juga menjadi bagian dari seleksi. Ini sudah jelas, kita perlu menjadikan pola hidup sehat sebagai kebiasaan keseharian kita. Pola makan, pola istirahat, dan konsisten berolahraga, menjadi faktor kunci.
Nah, mungkin di tes wawancara kompetensi yang relatif sulit ditebak hasilnya. Banyak orang yang merasa puas karena lancar dalam menjawab pertanyaan asesor, tapi ternyata tidak lolos.
Perlu ditekankan, tes kompetensi ini bukan soal lulus atau tidak lulus, karena pertanyaan bukan bersifat hafalan. Artinya, apapun jawabannya sah-sah saja. Tidak ada yang salah.
Masalahnya, apakah kata-kata yang meluncur dari mulut kita telah menggambarkan kita punya kompetensi yang cocok dengan jenis kompetensi yang dibutuhkan.
Jadi, sekali lagi, ini soal cocok atau tidak cocok, bukan lulus atau tidak lulus. Kalau begitu, kita perlu mengetahui untuk posisi yang kita lamar, kira-kira komptensi apa yang dibutuhkan.
Kemudian, kita dengan objektif menilai diri kita sendiri, apakah sudah mempunyai kompetensi tersebut. Maksudnya, apakah selama ini kita sudah punya karakter unggul.
Intinya, kompetensi yang dituntut oleh jabatan atau pekerjaan tertentu, diadu dengan kompetensi yang melekat pada seseorang, sesuai atau tidak?
Untuk itu, kita perlu mengetahui kamus kompetensi, yang sekarang ini sebetulnya gampang dicari melalui berbagai situs atau dari berbagai buku yang relevan.
Definisi komptensi adalah suatu keterampilan, pengetahuan, sikap dasar, dan nilai yang ada di dalam diri seseorang dan tercermin dari kemampuan berpikir serta bertindak secara konsisten.Â
Dengan kata lain, kompetensi tak cuma mengenai pengetahuan dan kemampuan seseorang, tapi juga pada motivasi yang mendasari seseorang bekerja dan minatnya.