Kalaupun paslon mendapat nomor urut satu atau nomor favorit lainnya, tapi popularitasnya sangat rendah, maka itu tak akan banyak membantu.
Partai pengusung bukan menjadi kriteria bagi saya. Bisa saja saya nanti memilih paslon yang diusung oleh partai yang bukan partai pilihan saya.
Visi dan misi paslon akan saya perhatikan tapi bobotnya kecil. Visi misi ini bagi saya terlalu general, hanya semacam kata-kata indah.Â
Umpamanya, ada yang punya visi menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman. Tapi, kalau persoalan banjir dan macet belum tuntas terselesaikan, visi itu tak berarti apa-apa.
Meneliti rekam jejak masing-masing paslon, menjadi hal yang akan saya lakukan dengan mengolah dari berbagai referensi.Â
Ini menjadi faktor penentu bagi saya dalam menentukan pilihan, karena berkaitan dengan bukti kerja paslon selama ini.
Faktor integritas paslon akan tergambar pada rekam jejaknya tersebut, apakah pernah terkait dengan kasus korupsi atau tidak.Â
Bahkan, sekadar ada dugaan terlibat pun, bagi saya ini sudah jadi nilai minus dalam hal integritas.
Apalagi, bila terbukti tidak melaporkan kekayaannya ke KPK, atau melaporkan kekayaan dengan angka yang rendah, padahal publik melihat si paslon sebagai orang kaya.
Debat antar kandidat yang akan diselenggaran KPU tentu juga akan saya simak. Program kerja yang lebih rinci harusnya akan terlihat pada debat.Â
Tapi, saya sangat paham kalau debat ini bersifat pengandaian atau sekadar berandai-andai. Bisa saja ketika nanti menang, program yang dijanjikan tidak bisa dilakukannya.