Lepas dari hutan beton ibu kota dan ingin melihat alam pegunungan, kalau bukan ke Puncak, ya ke Gunung Salak di pedalaman Bogor dan sekitarnya. Ini sama dengan orang Surabaya yang memenuhi kawasan Malang dan Batu.
Gaya berlibur orang Jakarta tersebut ternyata telah menular ke berbagai daerah, bahkan termasuk di luar Jawa. Gaya hidup orang Jakarta memang menjadi "teladan" bagi warga daerah, meskipun gaya hidup itu belum tentu cocok dengan kondisi di daerah.
Jangan mengira macet libur panjang hanya terjadi di Kawasan Puncak, Jawa Barat saja. Memang, yang di Puncak sudah ibarat horor, saking parahnya.
Ambil contoh yang terjadi di Medan. Kepadatan arus lalu lintas yang crowded terjadi di Jalan Lintas Medan-Berastagi di akhir libur panjang, pada Senin (16/9/2024) siang.
Seorang pengemudi mobil bernama Ela (23), mengaku sudah berjam-jam terjebak kemacetan di jalur objek wisata ini, seperti diberitakan Tribun-Medan.com.
Kawasan Berastagi sangat terkenal sebagai kota bunga dan berada di daerah pegunungan, persis seperti Puncak bagi orang Jakarta atau Batu bagi orang Surabaya.
Demikian pula lalu lintas di jalan raya Pekanbaru-Padang, terlihat tumpah ruah di banyak titik. Jarak sekitar 300 kilometer yang biasa ditempuh sekitar 7 jam itu, di hari libur bisa lebih dari 15 jam.
Kemacetan parah terutama terjadi beberapa kilometer sekitar objek wisata unggulan, seperti Lembah Harau, Danau Singkarak, kota Bukittinggi, dan sebagainya.
Masyarakat Riau punya pendapatan yang secara umum relatif besar, tapi tidak punya objek wisata alam seperti Sumbar. Tak heran kalau Sumbar menjadi lokasi liburan favorit bagi warga Riau.
Pertanyaannya, kenapa banyak orang yang tetap berwisata di kawasan yang sudah diketahuinya bakal macet parah?Â
Hal itu berkemungkinan besar karena pengaruh ingin eksis di media sosial. Perlu diingat, memiliki mobil merupakan salah satu pertanda kesuksesan.