Ketika kita mengangkat tangan dalam takbir, itu bukan sekadar pengabdian kepada Allah, tapi mengandung nilai-nilai akhlak di balik perintah itu.Â
Sesungguhnya seorang yang salatnya sempurna adalah yang benar-benar melakukan penghambaan dengan salatnya, sehingga bisa menjauhkan diri mereka dari perbuatan keji dan munkar.Â
Dalam hal ini, menghindarkan perbuatan keji dan munkar adalah bagian dari praktik akhlakul karimah dimaksud.
Perlu diingat, tidak semua orang yang salat itu salat, tapi salat yang diterima Allah adalah yang bisa membantu pelakunya senantiasa tawadhu, tunduk kepada Allah SWT.
Dengan demikian, salat bisa membentuk akhlak mulia. Ketika kita keluar dari masjid setelah salat, Â tidak ada sifat kesombongan dalam diri kita.Â
Dengan salat, akan tertanam dalam hati untuk membantu orang yang terkena musibah, fakir miskin dan peduli kepada orang yang berjalan di jalan Allah. Artinya, nilai akhlak dibangun melalui ibadah salat.
Ketika Allah SWT memerintahkan untuk berzakat, ternyata ada misi akhlak dibangun oleh Allah, bagaimana seorang muslim sejati senantiasa peduli kepada sesama.
Berikutnya, Al Quran memerintahkan kita wajib melakukan puasa di bulan Ramadan. Di sini terkandung misi, agar dengan puasanya, dengan lapar dan dahaganya, terbentuk jiwa seorang yang bertaqwa.Â
Ada nilai-nilai akhlak di dalam jiwa yang taqwa, karena Rasulullah menegaskan, ketika orang dalam puasanya tidak bisa menghentikan omongan dan perbuatan kotor, maka Allah tidak butuh dengan lapar dan dahaga orang-orang tersebut.Â
Artinya, Allah mengedepankan kepada kita, dengan puasa itu akan membangun nilai-nilai akhlak di dalamnya.
Demikian pula ibadah haji dan ibadah umroh, Allah menjadikan nilai akhlakul karimah sebagai syarat mutlak seorang yang pergi haji atau umroh agar diterima oleh Allah SWT.Â