Akhir-akhir ini semakin sering terungkap kasus yang berkaitan dengan penipuan lowongan kerja. Tingginya angka pengangguran, dilihat sebagai sumber mendapatkan uang secara ilegal oleh sebagian orang.
Mereka yang mencari pekerjaan tersebut bukan hanya anak muda yang baru lulus dari bangku kuliah, tapi juga mereka yang sudah bosan bertahun-tahun menganggur.
Bayangkan, ketika ada iklan yang mencari tenaga kerja dengan gaji lumayan dan persyaratan yang mudah, tentu yang mendaftar demikian banyak.
Apalagi, iklan tersebut memakai kop nama dan logo perusahaan terkenal. Hal ini seharusnya disikapi dengan hati-hati karena kemungkinan bukan berasal dari perusahaan terkenal itu.
Tindakan yang tepat adalah dengan mengecek ke situs resmi perusahaan yang kemungkinan dicatut namanya. Jangan terburu-buru mengajukan lamaran.
Masalahnya, iming-iming gaji besar dan syarat yang mudah itu membuat banyak orang tanpa sadar terjebak. Tak heran kalau iklan lowongan kerja itu direspon banyak sekali pelamar.
Tentu, data pribadi dari sekian banyak pelamar itu berpotensi untuk dimanfaatkan secara ilegal. Bukankah isu penjualan data pribadi telah beberapa kali diekspose media massa?
Kalau sekadar menyalahgunakan data pribadi, mungkin jadi kecolongan yang kurang disadari banyak orang, karena tidak ada uangnya yang keluar.Â
Tapi, bila dalam proses melamar kerja seseorang dimintai bayaran, meskipun berdalih sebagai pengganti biaya administrasi, itu indikasi kuat adanya penipuan.
Bagi yang tertipu, nasibnya ibarat kata pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga". Betapa tidak, mereka yang tidak punya penghasilan karena masih menganggur, malah mengeluarkan uang untuk keuntungan si penipu berkedok lowongan kerja.