Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Anies Harap-Harap Cemas, Dukungan PDIP Masih Misteri

27 Agustus 2024   07:02 Diperbarui: 27 Agustus 2024   12:30 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan | dok. Instagram @aniesbaswedan

Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta yang dijadwalkan berlangsung pada 27 November 2024, menjadi perhatian tidak hanya bagi warga Jakarta, tapi juga menjadi isu yang panas dalam pentas politik nasional.

Soalnya, siapa yang akan menjadi penguasa di kota yang sebentar lagi akan kehilangan status sebagai Ibu Kota Negara (IKN) itu, tetap punya nilai yang strategis.

Menarik mencermati bagaimana nasib Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan dalam Pilgub mendatang. Anies, menurut sejumlah lembaga survei, menduduki peringkat teratas dari sisi elektabilitas.

Tak heran, awalnya Anies langsung mendapat lampu hijau untuk diusung oleh beberapa partai politik. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Nasdem menyatakan mendukung Anies.

Tapi, memasuki bulan Agustus, terjadi perubahan yang signifikan, ketika ketiga partai di atas meninggalkan Anies, dan memberikan dukungan pada Ridwan Kamil, politisi Partai Golkar yang juga mantan Gubernur Jawa Barat.

Ridwan Kamil diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang dimotori Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, dan beberapa partai lain. Dengan bertambahnya 3 partai tersebut, koalisi ini disebut dengan KIM Plus.

PKS bergabung dengan KIM setelah kadernya Suswono yang juga mantan Menteri Pertanian di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), disepakati menjadi calon wakil gubernur pendamping Ridwan Kamil.

Sedangkan Nasdem dan PKB ikut bergabung dengan KIM mungkin karena merasa ada "jaminan", bersama koalisi yang sangat gemuk itu akan meraih kemenangan.

Betapa tidak, Ridwan Kamil-Suswono boleh dikatakan tanpa pesaing, karena peluang partai lain yang tersisa, yakni PDIP, sudah tertutup untuk mengusung calonnya (sebelum ada Putusan Mahkamah Konstitusi).

Justru, Ridwan Kamil dikhawatirkan akan melawan kotak kosong, bila menjadi calon tunggal. Tentu, akan sangat memalukan jika KIM Plus ditundukkan oleh kotak kosong. 

Ini bisa terjadi kalau mayoritas pemilih kecewa dengan permainan yang diperlihatkan para politisi KIM Plus. Apalagi, pendukung setia Anies Baswedan barangkali akan memboikot dengan cara memilih kotak kosong.

Namun, ternyata ada calon independen yakni pasangan Dharma Pongrekun - Kun Wardana. Berdasarkan hasil verifikasi faktual yang dilakukan KPU, pasangan ini dinyatakan memenuhi syarat. 

Tapi, keikutsertaan Pongrekun masih belum pasti karena Bawaslu sebagai pengawas akan memeriksa terkait dugaan pencatutan KTP untuk syarat dukungan.

Perkembangan semakin tidak terduga, setelah lahirnya putusan MK terkait pilkada Pilkada Threshold, yang membuat PDIP bisa mengusung sendiri pasangan calon gubernur-wakil gubernur. 

Nah, kartu Anies hidup lagi, karena sebelumnya sudah menjadi salah satu nama yang masuk radar PDIP, bersama nama Ahok dan Pramono Anung (keduanya kader PDIP).

Akhirnya, beredar berita pasangan Anies Baswedan akan dipasangkan dengan aktor terkenal Rano Karno yang juga mantan Gubernur Banten. Rano memang kader PDIP sejak dulu.

Bahkan, Senin (26/8/2024) kemarin disebut-sebut Anies-Rano masuk dalam daftar nama-nama calon kepala daerah yang dideklarasikan PDIP.

Sayangnya, saat pendeklarasian yang dibacakan langsung Ketua Umum PDIP Megawati, calon untuk DKI Jakarta belum diumumkan. Jadi, nama Anies masih misteri.

Hak prerogatif Megawati yang akan menjadi penentu apakah Anies akan berlayar dengan perahu berbendera PDIP atau Anies akan gigit jari.

Ada pula berita yang menyebutkan Pramono Anung-Rano Karno yang menjadi pilihan Mega, yang jelas membuat Anies dan masyarakat yang mengharapkannya, harap-harap cemas.

Dalam acara talkshow di salah satu stasiun televisi, seorang pengamat politik mengatakan, jika Anies diusung PDIP dan menang, justru akan jadi ancaman bagi PDIP di Pilpres 2029.

Mungkin potensi ancaman itu yang membuat nasib Anies masih belum pasti, meskipun PDIP kepincut dengan elektabilitasnya yang tinggi.

Masalahnya, seberapa loyal Anies terhadap partai berlambang banteng dan ingin mengimplementasikan ajaran Bung Karno secara konsekuen itu.

Mari kita tunggu. Barangkali baru pada tanggal 29 Agustus ini sebagai batas terakhir pendaftaran akan terang benderang siapa yang mendapat tiket dari PDIP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun