Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diperkuat oleh partai politik lain, sehingga membentuk KIM Plus, berupaya untuk menggalang kekuatan menghadapi Pilkada Serentak November mendatang.
Memang, tidak di semua provinsi KIM Plus bisa kompak. Ada juga yang kemungkinan sesama anggota KIM akan saling bersaing merebut posisi kepala daerah.
Tapi, hampir dapat dipastikan bahwa pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta, KIM Plus akan tampil sangat perkasa. Hal ini ditunjang dengan bergabungnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Seperti diketahui, PKS adalah pemenang pemilihan legislatif di Jakarta, sehingga anggota DPRD DKI Jakarta yang terbanyak berasal dari partai ini.Â
Kenapa PKS yang dari awal sudah sangat yakin akan mengusung Anies Baswedan yang dipasangkan dengan kader PKS Sohibul Iman, mendadak berbalik badan meninggalkan Anies?
Indikasinya sangat jelas. PKS kebelet memanggungkan kadernya sebagai wakil gubernur di daerah yang tetap bernilai strategis itu, meskipun akan kehilangan statusnya sebagai ibu kota negara.
Sohibul Iman tampaknya tidak berjodoh dengan Anies karena tidak disambut oleh partai politik lain. Nah, ketika KIM bersedia menerima kader PKS sebagai cawagub, tentu disambut hangat PKS.
Sosok yang diusung oleh KiM Plus sudah mengerucut pada nama Ridwan Kamil dan Suswono. Ridwan Kamil atau lebih dikenal dengan nama Kang Emil adalah kader Golkar.
Sedangkan Suswono adalah mantan Menteri Pertanian yang sejak dulu jadi kader sejati PKS, meskipun namanya jarang menghiasi media massa.
Kang Emil sebetulnya oleh Golkar diplot untuk kembali menjadi Gubernur Jawa Barat. Tapi, dengan lobi kuat dari Gerindra dan anggota KIM lainnya, Kang Emil akhirnya otw Jakarta.
Saking gemuknya KIM, sempat muncul kekhawatiran Ridwan Kamil akan melawan kotak kosong saat pilkada. Hal ini terjadi bila hanya ada satu Paslon yang ikut.Â
Soalnya, Anies Baswedan diperkirakan terpaksa minggir dari kontestasi, karena tidak ada parpol yang mengusungnya.
PDIP hingga sekarang belum memutuskan siapa calonnya, tapi PDIP mungkin mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan partai di luar KIM Plus.
Jika KIM Plus berhadapan dengan kotak kosong, Kang Emil bisa jadi akan menang mudah. Tapi, warga Jakarta bisa pula mempermalukannya dengan memenangkan kotak kosong.
Berdasarkan survei elektabilitas, Anies menempati posisi tertinggi. Nah, warga yang setia dengan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu boleh jadi akan memilih kotak kosong, sebagai hukuman karena parpol gagal menyerap aspirasi mereka.
Syukurlah, Pilkada DKI Jakarta dipastikan tidak akan menghadirkan kotak kosong, karena munculnya calon independen atas nama Dharma Pongrekun dan Kun WardanaÂ
Dharma-Kun dipastikan lolos setelah KPU DKI Jakarta menyelenggarakan rapat pleno verifikasi faktual terhadap syarat dukungan minimal pencalonan pada Kamis (15/8/2024).
Tapi, kalau pun Kang Emil akhirnya terpilih, legitimasi demokrasinya bisa dipertanyakan bila tingkat partisipasi pemilih sangat rendah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H