Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Makin Banyak Bocil Cuci Darah, Ini 5 Tips Pencegahannya

21 Agustus 2024   10:25 Diperbarui: 21 Agustus 2024   10:34 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak cuci darah|sumber gambar: anonim, dimuat indonesianews.id

Selama ini, orang yang secara rutin (misalnya sekali dalam beberapa hari) melakukan cuci darah di rumah sakit adalah mereka yang sudah berusia lanjut.

Umumnya, mereka yang terpaksa cuci darah bertujuan untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah menurun, atau ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan baik.

Namun, baru-baru ini beredar berita di media massa tentang anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tapi sudah menjadi pasien cuci darah.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak memerlukan cuci darah. Salah satu penyebab utamanya adalah adanya kelainan bawaan kongenital. 

Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista.

Selain faktor kelainan bawaan, gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan anak perlu menjalani cuci darah, terutama pada anak dengan obesitas.

Pada perkembangannya, anak yang bukan penderita obesitas pun juga ada yang terpaksa melakukan cuci darah.

Ada seorang anak perempuan yang diliput oleh salah satu stasiun televisi. Terlihat di tayangan televisi si anak lagi cuci darah di sebuah rumah sakit di Surabaya.

Menurut ibunya yang mendampingi, si anak sudah bertahun-tahun rutin mengonsumsi mi instan dua kali sehari. Artinya, pola makannya tidak sehat.

Faktor gaya hidup di era sekarang, termasuk yang dilakukan oleh anak-anak, ternyata bisa berbahaya bagi kesehatan. Cuci darah menjadi salah satu dampak negatifnya.

Harus diakui, anak sekarang kurang bergerak karena lebih banyak menggunakan gawai. Mager menjadi kebiasaan yang dipelihara setiap hari.

Sudahlah malas bergerak, pola makannya juga bermasalah. Mereka makan makanan yang mengandung banyak garam, gula, atau makanan yang sangat pedas. 

Banyak pula makanan dengan penyedap masakan buatan pabrik, termasuk saus tomat dan saus sambal, dan berbagai bumbu sasetan. 

Kemudian, makanan ringan yang kekinian banyak yang berbahan coklat dan keju. Lalu, seperti yang disinggung di atas, kebiasaan makan mi instan setiap hari, apalagi beberapa kali sehari, jelas kurang sehat. 

Sedikit sekali minum air putih dan banyak minum minuman berpemanis, bersoda, minuman dingin, akan memperparah kondisi tubuh, apabila menjadi kebiasaan.

Nah, berikut ini beberapa tips yang perlu dilakukan untuk mencegah anak-anak dan remaja (sebetulnya juga untuk orang dewasa), agar kita tidak sampai menjadi pasien cuci darah.

Pertama, agar membiasakan diri minum air putih, bukan air berpemanis. Masalahnya, anak-anak sangat gampang tergoda iklan atau ikut-ikutan apa yang dikonsumsi teman-temannya.

Kedua, membatasi asupan garam dalam makanan, termasuk makanan lain yang telah diuraikan pada faktor gaya hidup di atas.

Ketiga, meminum obat sesuai petunjuk dokter, jangan membiasakan diri minum obat bebas. Paradigma bahwa obat adalah "racun" bisa berlaku bagi orang yang serampangan minum obat.

Keempat, membiasakan diri untuk rutin olahraga. Sejak anak-anak, bagus sekali untuk melatih olahraga setiap hari yang syukur-syukur menjadi hobi yang bisa dinikmati.

Kelima, atur pola makan agar terhindar dari obesitas. Frekuensi dan volume makanan perlu diperhatikan agar tidak overload di dalam lambung.

Anak-anak perlu diedukasi dengan cara yang persuasif, bukan dimarahi yang membuat mereka "melawan".

Jika sewaktu masih bocah cilik (bocil) sudah dibiasakan menerapkan pola hidup sehat, akan gampang mempertahankan hingga hari tua nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun