Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Hancur Lebur, Ada Apa dengan Bulu Tangkis Kita?

2 Agustus 2024   02:06 Diperbarui: 2 Agustus 2024   02:08 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini ditulis ketika pasangan ganda putra Indonesia Fajar dan Rian, baru saja dihempaskan pasangan Tiongkok di Olimpiade Paris 2024, pada Kamis (1/8/2024) malam waktu Indonesia.

Padahal Fajar-Rian adalah andalan Indonesia untuk mempertahankan tradisi emas di setiap gelaran Olimpiade. Ya, sejak Olimpiade Barcelona 1992, bulu tangkis selalu mempersembahkan medali emas (kecuali Olimpiade London 2012 dapat perak).

Tapi, pada Olimpiade kali ini tim bulu tangkis kita boleh dikatakan hancur lebur. Sebelum kegagalan nomor ganda putra, nomor ganda putri, ganda campuran dan tinggal putra telah lebih dahulu kandas.

Selain pasangan Fajar Rian, publik bulu tangkis kita sebelumnya menaruh harapan besar pada dua pemain tunggal putra yang sudah malang melintang dengan pencapaian yang lumayan, yakni Jonatan Cristie dan Anthony Ginting.

Memang, masih ada satu wakil yang tersisa di nomor tunggal putri atas nama Gregoria Mariska Tunjung. Pemain ini ulet dan emosinya relatif terkendali.

Terlepas dari apapun hasil yang ditorehkan Gregoria, tentu kita sangat berharap meraih medali emas, jelas seluruh insan bulu tangkis Indonesia perlu berbenah.

Jika bicara realistis, peluang Gregoria tidak terlalu besar. Ia belum pernah juara di turnamen besar, baru pernah sekali juara di Japan Masters tahun lalu, sebuah turnamen berkategori Super 500 (bandingkan dengan Indonesia Open yang masuk Super 1.000).

Gregoria pada hari ini, Jumat dinihari (2/8/2024) di Indonesia (Kamis malam di Prancis) berhadapan dengan pemain Korea Selatan Kim Ga-eun, di babak 16 besar.

Hasilnya, alhamdulillah, Gregoria memang dalam 3 set. Pada set terakhir, para penonton Indonesia dibuat sport jantung dengan ketatnya kejar mengejar angka. Akhirnya, Gregoria memang 23-21.

Yang jelas, predikat Indonesia sebagai negara bulu tangkis sudah luntur.  Bahwa pelatih bulu tangkis asal Indonesia laris di negara lain, malah menjadi bumerang bagi prestasi atlet bulu tangkis kita.

Sebut saja kebangkitan bulu tangkis Malaysia yang tidak terlepas dari peranan pelatih asal Indonesia, Rexy Mainaky dan Hendrawan.

India dan Thailand pun sekarang sudah jadi salah satu raksasa bulu tangkis, bersama dengan raksasa lama Tiongkok, Denmark, Korea Selatan dan Jepang.

Bahkan, negara-negara Eropa selain Denmark, seperti Spanyol dan Prancis, juga sudah tidak bisa dipandang sebelah mata.

Kondisi ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sayang sekali jika bulu tangkis hanya sekadar kebanggaan sejarah masa lalu, sekadar cerita untuk anak cucu.

Secara organisasi, perlu ada penyegaran. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) perlu kepemimpinan dari sosok yang betul-betul memahami bulu tangkis dan betul-betul mencurahkan waktu dan perhatian penuh.

Masalah pembibitan pemain juga perlu ditingkatkan. Anak-anak sekarang lebih suka ikut Sekolah Sepak Bola (SSB), bahkan termasuk anak perempuan.

Tanpa harus bersaing dengan SSB, Sekolah Bulu Tangkis agaknya perlu digalakkan dengan kompetisi antar sekolah yang rutin.

Tak kalah penting, kemampuan pelatih kita perlu dievaluasi. Jika kapasitasnya sudah mentok, perlu dicari pelatih yang hebat. Kalau perlu, mengimpor pelatih misalnya dari Tiongkok 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun