Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Sukses Kampung Organik Brenjonk dan Desa Ekowisata di Mojokerto

1 Oktober 2024   05:30 Diperbarui: 1 Oktober 2024   09:10 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Slamet di depan Taman Ekowisata Refugia, Mojokerto|dok. Theo/TIMES Indonesia 

Predikat Indonesia sebagai negara agraris, merupakan sesuatu yang telah melekat sejak zaman dahulu kala. Justru, karena hasil bumi yang melimpah, tanah nusantara selama 3 abad lebih dijajah oleh Belanda.

Memang, sekarang pun negara kita masih disebut sebagai negara agraris, karena memiliki lahan pertanian yang luas, dan sumber daya alam beraneka ragam juga berlimpah.

Dalam lagunya "Kolam Susu", grup musik Koes Plus pun menyebutnya sebagai tanah surga, karena bisa menumbuhkan tongkat kayu dan batu jadi tanaman. 

Tapi, kalau kita kaji lebih kritis, kita bisa skeptis dengan jargon Indonesia sebagai negara agraris. Soalnya, profesi petani bukan lagi jadi kebanggaan.

Jutaan anak muda dari seluruh pelosok negeri sengaja berburu pekerjaan di perkotaan, karena merasa menjadi petani tak memberikan harapan untuk masa depannya.

Ironisnya, kondisi tersebut menggugah nafsu kapitalis para pemilik modal atas izin penguasa negeri, untuk menguasai lahan pertanian dan mengkonversikannya untuk berbagai jenis usaha.

Untunglah, di antara jutaan anak muda yang emoh bertani, muncul sosok yang tidak mau menyerah dan ingin mengembangkan sektor pertanian di desanya. 

Hal itulah yang dilakoni oleh Slamet, pria kelahiran desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto, Jatim, 2 Oktober 1970. 

Aktivis Lingkungan Hidup tersebut pada akhir Mei 2024, mendapatkan Penghargaan Nominator Kalpataru 2024 tingkat nasional dalam kategori perintis lingkungan.

Kisah seorang Slamet yang sangat setia pada tani organik, memang sudah sepantasnya mendapatkan penghargaan.

Slamet dengan perjuangannya berhasil meyakinkan masyarakat di sekitar desanya, agar tidak menggunakan bahan kimia dalam bertani.

Selain itu, Slamet tergerak untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar dengan memanfaatkan pekarangan rumah masing-masing, yang sebelumnya dibiarkan terbengkalai.

Tentu, Slamet harus mampu memberi contoh terlebih dahulu. Rumah Sayur Organik menjadi proyek percontohannya selama dua tahun. 

Setelah terbukti berhasil, baru Slamet menularkan ilmunya, seiring dengan mulai tergugahnya masyarakat di sana untuk melakukan hal yang sama.

Maka, pelan tapi pasa terbangunlah Kampung Organik Brenjonk yang di sebelah timurnya juga menjadi desa ekowisata yang cantik. 

Ketika berkunjung, para tamu akan menikmati hamparan bunga-bunga berwarna kuning yang indah dan eksotik berlatarkan pemandangan gunung Penanggungan yang gagah.

Perkumpulan Brenjonk punya 130 orang anggota di Dusun Penanggungan, Kecamatan Pacet dan di Prigen, Pasuruan. 

Hasil panennya berupa sayur mayur, beras, dan buah-buahan telah mendapatkan sertifikasi pangan organik dari PT Bioset, Bogor, sehingga produk Brenjonk diterima oleh supermarket di Surabaya.

Hingga sekarang Brenjonk sudah punya 10 mitra kerja di ibu kota Jatim tersebut. Brenjonk secara rutin mengirim produk organik dua kali seminggu, yang tentu menambah pendapatan anggotanya.

Adapun untuk pengembangan desa wisata, Slamet dan anggotanya menerapkan empat prinsip berikut ini.

Pertama, setia dengan tani organik untuk menjaga kesehatan manusia (melalui peningkatan imunitas tubuh), dan sekaligus untuk menjaga kesehatan bumi.

Kedua, untuk memberdayakan masyarakat sekitar kampung organik, agar warga mempunyai mata pencaharian yang mencukupi.

Ketiga, memberikan perlindungan baik terhadap warga maupun terhadap alam, agar tanaman di area sekitar kampung organik terhindar dari predator.

Keempat, memberikan keadilan karena semua warga punya hak dan kewajiban yang sama. Ini semacam gerakan bersama demi kemajuan bersama.

Wisatawan akan disuguhi pemandangan keseharian warga dalam membudidayakan sistem pertanian organik, baik dalam skala rumah tangga maupun skala kawasan.

Berkat keberhasilannya, kini Kampung Organik Brenjonk telah menjadi tujuan studi banding bagi pelajar, mahasiswa, dan pegawai instansi pemerintah dari daerah lain.

Dengan demikian, di daerah lain diharapkan juga bisa punya kawasan seperti kampung organik dan sekaligus kampung ekowisata di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun