Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta di era Jakarta yang akan segera kehilangan statusnya sebagai ibu kota negara (IKN), menarik untuk diamati.
Pilgub tersebut sesuai jadwal akan diselenggarakan pada 27 November 2024, atau kurang lebih 4 bulan lagi. Ini merupakan bagian dari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di seluruh Indonesia.
Pada Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, seperti diketahui merupakan pilkada yang sangat keras, dalam arti terjadi pembelahan yang tegas di antara masyarakat.
Bahkan, yang terbelah bukan hanya warga Jakarta yang punya hak pilih, tapi boleh dikatakan menyebar ke berbagai penjuru negara kita.
Ketika itu oleh banyak pengamat disebutkan terjadinya politik identitas yang memecah belah persatuan bangsa, yang dilambangkan sebagai saling hujat antara pendukung dua calon gubernur (cagub).
Ya, cagubnya adalah Anies Baswedan yang berhadapan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan nama Ahok.Â
Keduanya bertemu pada putaran kedua, setelah pada putaran pertama Ahok berhasil menang, namun belum meraih suara 50 persen plus 1.Â
Adapun cagub Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tersisih, karena menduduki peringkat tiga, kalah dari Ahok dan Anies.
Ahok gagal mengulang kesuksesannya di putaran pertama, karena akhirnya pada putaran kedua mayoritas  pemilih mencoblos Anies.
Nah, pada pilgub tahun ini, mencermati perkembangan politik dari berbagai berita di media massa, ada kemungkinan akan terjadi tanding ulang Anies Ahok.
Hal itu didukung oleh hasil survei Tim Litbang Kompas, yang menempatkan Anies sebagai bakal calon (balon) yang tertinggi elektabilitasnya dan Ahok di peringkat kedua.
Beberapa nama lain yang digadang-gadang akan menjadi balongub Jakarta, peringkat elektabilitasnya masih jauh di belakang kedua sosok di atas.
Sejauh ini, Anies didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tapi siapa sosok yang akan dijadikan cawagub Anies bisa menjadi persoalan antara PKB dan PKS.
PKS telah menyatakan keinginannya menduetkan Anies dengan kader internalnya Sohibul Iman. Tapi, kemungkinan Sohibul tidak diterima oleh PKB.
Sedangkan Ahok adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang akan maju di Pilgub DKI jika resmi diusung PDIP bersama partai lain yang mau berkolaborasi.
Perlu diketahui, dari komposisi anggota DPRD DKI Jakarta, tak satu partai pun yang bisa mengusung sendiri calonnya, perlu kerjasama dengan partai lain.
Masalahnya, partai lain yang pada Pilpres lalu bergabung dalam KIM (Koalisi Indonesia Maju) diduga tidak mendukung Anies dan juga tidak mendukung Ahok.
Kalau KIM punya calon lain, maka mungkin saja ada 3 pasangan calon (paslon) yang akan bertarung di Jakarta.Â
Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya. Yang penting, kalaupun Anies tarung ulang dengan Ahok, kita berharap tidak terjadi lagi saling hujat beraroma politik identitas.
Mari setiap parpol dan setiap paslon bermain cantik dengan mengedepankan menjaga keutuhan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI