Kalau Anda mengira foto di atas diambil di salah satu lokasi wisata di Sumatera Barat karena ada Rumah Gadang, Anda keliru. Rumah Adat Minang di atas berada di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Adapun mereka yang ada dalam foto adalah para peserta "Fun Trip Bogowonto" pada 17 Juli hingga 21 Juli 2024. Trip ini melakukan perjalanan dengan rute Jakarta-Surabaya-Malang-Jakarta.
Sekitar 90 orang alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas Padang (FEB Unand) menjadi anggota rombongan jalan-jalan itu.
Kenapa disebut "Bogowonto"? Ini berkaitan dengan Aula FEB Unand di dekade 1970-an dan 1980-an yang menjadi tempat kuliah bagi mahasiswa baru.Â
Ketika itu, pembagian jurusan baru dilakukan pada tahun kedua (berbeda dengan sekarang yang ketika seleksi masuk perguruan tinggi sudah harus memilih jurusan yang diinginkan).
Karena belum ada penjurusan, mahasiswa yang kuliah bisa lebih dari 100 orang, makanya kuliah dilakukan di aula, yang desain gedungnya mirip kapal laut.
Lantai aula dibuat berjenjang yang makin ke belakang makin tinggi. Jadi, mereka yang masuk aula dari pintu tengah harus naik tangga dulu.
Bogowonto adalah nama sungai di Jawa Tengah yang juga menjadi nama salah satu kapal laut milik Pelni yang melayari rute Padang-Jakarta ketika itu.
Kisah kampus Bogowonto telah berakhir setelah Unand punya kampus baru di Limau Manih pada tahun 1995, yang menyatukan semua fakultas yang sebelumnya terpencar.Â
Meskipun begitu, sejumlah alumni Bogowonto masih kompak mengikat tali silaturahmi hingga saat ini, yang antara lain melahirkan ide untuk berwisata bersama.
Peserta Fun Trip tahun ini mayoritas telah berusia di atas 60 tahun dan berdomisili di Jakarta. Ada juga yang datang dari Padang, Bandung, Yogyakarta, dan sebagainya (selain beberapa alumni yang tinggal di Surabaya).
Acara jalan-jalan para lansia yang tidak merasa tua itu terasa begitu meriah setiap sebagian atau semua peserta lagi berfoto. Memang, di era media sosial sekarang ini, foto merupakan bukti eksistensi seseorang.
Aksi dan teriakan-teriakan saat berpose yang mengundang gelak tawa, membuat perjalanan ini cocok disebut dengan "fun trip". Tertawa itu menyehatkan dan silaturahmi itu memperpanjang umur.
Banyak fotografer hebat yang selalu dengan senang hati jepret sana jepret sini. Dua di antaranya yang paling aktif adalah Agoest Soebekthie yang mantan direktur di Bank Negara Indonesia dan Edy Kaslim pendiri Kantor Akuntan Publik (KAP) atas namanya sendiri.
Kehebohan sudah dimulai sejak hari pertama, ketika naik kereta api Argo Bromo dari Stasiun Gambir Jakarta ke Stasiun Pasar Turi, Surabaya.
Uniknya, mungkin baru pertama kali ada turnamen domino yang dilakukan di kereta api, yang dikuti oleh anggota Fun Trip Bogowonto yang berminat. PDEA (Persatuan Domino Ekonomi Andalas) menjadi penyelenggara acara ini.
Setibanya di Surabaya sudah ada tour guide profesional yang menyambut rombongan. Dua bus yang nyaman juga telah siap membawa rombongan ke hotel dan ke berbagai lokasi yang dikunjungi.
Malam pertama, bertempat di Rumah Gadang milik organisasi Gebu Minang Jawa Timur, diadakan acara pentas seni. Setiap angkatan menampilkan kebolehannya bernyanyi diiringi organ tunggal.Â
Besoknya, masih di Rumah Gadang, dilakukan acara yang cukup serius. Soalnya, ada kehadiran Wakil Gubernur Sumatera Barat dalam rangka diskusi tentang RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Provinsi Sumatera Barat.
Hadir pula Dekan FEB Unand yang sengaja terbang dari Padang memenuhi undangan panitia fun trip ini. Dekan sempat memaparkan perkembangan FEB Unand.
Juga hadir seorang pengusaha sukses asal Minang di Surabaya, Amrizal Zein Datuk Rajo Mulie, yang mengisahkan beberapa kendala yang dihadapinya dalam berinvestasi di Sumbar.Â
Dalam forum itulah terungkap kenapa pembangunan di Sumbar relatif tertinggal dengan provinsi lain, padahal perhatian perantau Minang cukup besar terhadap kampung halamannya.
Sampai sekarang, satu-satunya industri besar yang ada di Sumbar hanya Semen Padang yang berstatus BUMN, bagian dari PTÂ Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Nah, setelah acara diskusi di atas, saatnya bergembira dengan menjelajahi beberapa destinasi wisata. Selain Musium Angkut di Batu yang dikelola secara profesional, rata-rata yang dikunjungi merupakan buah dari program "Desa Wisata", yang dikelola warga desa setempat.
Desa Wisata sebagai Jawaban Persoalan Pariwisata BerkelanjutanÂ
Rekomendasi Desa Wisata yang menjadi tujuan rombongan Fun Trip Bogowonto dimulai dari Bukit Jaddih di Kabupaten Bangkalan, Madura.Â
Bukit tersebut sebetulnya merupakan bekas area pertambangan batu kapur atau batu bata putih yang kemudian laris menjadi latar belakang berfoto yang ditayangkan di media sosial.Â
Tebing yang unik menjadi daya tarik, meskipun debunya agak mengganggu. Akses jalan yang sempit membuat sulit bus pariwisata mencapai lokasinya.
Fasilitas toiletnya sudah ada, tapi lokasinya di dalam goa yang jauh dari tempat parkir, dan tanpa papan petunjuk yang jelas.Â
Beberapa anggota Fun Trip yang SKJ (sasak ka jamban, bahasa Minang untuk "kebelet ke toilet"), terpaksa melepas hajat di semak-semak, karena tidak tahu adanya toilet.
Kota Batu menjadi tujuan berikutnya dan di salah satu hotel di sana menjadi tempat menginap selama 2 malam (setelah satu malam menginap di Surabaya).
Florawisata Santerra De Laponte menjadi tujuan pertama di Batu. Inilah kebun bunga yang luas dengan nuansa kekinian yang membuat para peserta begitu gembira.
Petik apel di salah satu kebun apel menjadi tujuan berikutnya. Kebun sejenis banyak terdapat di Batu yang dibuka untuk rombongan jalan-jalan.
Salat Jumat bagi anggota rombongan yang laki-laki dilakukan di sebuah masjid desa dekat lokasi agrowisata petik apel.
Cafe Sawah di Pujon Kidul (bukan masuk Kota Batu, tapi berada di Kabupaten Malang), menjadi destinasi berikutnya. Kafe yang luas dengan pemandangan khas pedesaan ini beruntung karena sepertinya mendapat sponsor dari sebuah bank BUMN.
Dari kunjungan ke beberapa objek tersebut, boleh dikatakan program desa wisata bisa menjadi jawaban atas persoalan pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan dan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat lokal.
Bukan jalan-jalan namanya kalau tidak membeli oleh-oleh. Maka, sebuah pusat penjualan oleh-oleh di Batu diserbu oleh anggota fun trip.Â
Tentu saja tempat barang di bus makin disesaki oleh banyaknya kardus yang berisikan berbagai makanan khas setempat, seperti pie apel, pie susu dan aneka kerupuk.
Masih ada objek wisata lain yang hanya dikunjungi sebagian peserta, karena memang bukan termasuk agenda yang disusun oleh panitia pelaksana jalan-jalan.
Objek wisata dimaksud antara lain Batu Night Spectacular (BNS) dan Malang Night Paradise (MNP). Kedua objek ini relatif sama, yakni dipenuhi banyak lampion raksasa dengan berbagai rupa.Â
MNP yang relatif baru dibandingkan BNS punya kelebihan karena pengunjung bisa bersampan berkeliling area, dengan menikmati pemandangan malam ala di Venesia.Â
Kayu Tangan Heritage di Kota Malang, merupakan objek yang menarik bagi yang menyukai arsitektur bangunan kuno. Kawasan ini ditata mirip Malioboro Yogyakarta, di mana pada malam hari ramai oleh pengunjung berusia muda.
Menolak Tua dan Banyaknya Rombongan Lansia Berwisata.Â
Selama 5 hari berkumpul bersama teman-teman lama, sungguh hepi. Lucu juga melihat tingkah laku sebagian besar anggota yang seolah-olah lupa usia itu.
Mereka pasti akan terlihat jadi orang bijak di depan anak cucu, tapi ketika berkumpul bersama teman-teman tak perlu jaim untuk bergaya bak anak remaja.
Begitulah cara lansia menikmati kehidupan di era media sosial yang memudahkan untuk mengumpulkan teman-teman lama.Â
Selain rombongan Fun Trip Bogowonto, di Batu pada hari yang sama terlihat pula rombongan wisatawan lansia lainnya, seperti rombongan alumni Institut Pertanian Bogor (IPB).
Demikianlah sekelumit kisah perjalanan Fun Trip Bogowonto. Perjalanan ini berjalan dengan sukses, tentu berkat kepiawaian panitia yang dikomandoi oleh Raseno Arya (mantan pejabat di Kementerian Pariwisata).
Para peserta kembali ke Jakarta pada Sabtu sore (20/7) naik kereta api dari Malang dan sampai di Gambir Jakarta Minggu subuh (21/7).
Kenangan indah selama jalan-jalan tak akan terlupakan bagi para peserta, dan berharap agar terulang kembali dengan tujuan wisata lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H