Apakah Anda pernah melihat mantan pejabat yang di hari tuanya terlihat begitu renta dan merasa kesepian karena tidak punya sahabat yang dekat?
Bahkan, ketika sang mantan pejabat misalnya dirawat di rumah sakit karena mengidap stroke, sedikit sekali mantan anak buahnya yang datang membesuk.
Padahal, para mantan anak buahnya itu sekarang cukup banyak yang lagi memegang jabatan penting di lembaga yang dulu menjadi tempat si mantan pejabat berkarir.
Ya, si mantan pejabat yang kesepian dan sakit-sakitan itu dulu di kantornya terkenal sebagai bos yang sombong dan sering marah-marah ke anak buah.
Gayanya petentang-petenteng di depan semua pekerjanya. Bila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauannya, pekerja yang kebetulan lagi berada di dekatnya, disemprotnya dengan kata-kata kasar.
Tak heran, ketika ia memasuki masa pensiun, anak buahnya bergembira. Kegembiraan itu makin lengkap karena pengganti pejabat yang pensiun adalah sosok yang dikenal baik.
Begitulah memang kondisi yang harus dihadapi oleh mereka yang bekerja di kantor-kantor, baik instansi pemerintah, perusahaan milik negara dan juga milik swasta.
Hubungan yang baik dengan semua orang pada dasarnya menjadi hal penting. Hubungan tersebut juga perlu memperhatikan hirarki yang ada, seperti senior-junior dan atasan-bawahan.
Masalahnya, seperti yang berlaku di manapun juga, karakter, tingkah laku dan gaya seseorang dalam memperlakukan orang lain, berbeda-beda.
Mau tak mau kita harus siap beradaptasi dengan segala macam tipe manusia. Apalagi dalam konteks hubungan anak buah dengan bos, anak buah seakan-akan tak punya pilihan lain selain patuh.