Ketika dapat atasan yang baik hati, tentu suasana kerja sangat nyaman. Tak ada ketakutan jika hasil kerja anak buah tidak berkenan di hati bos.
Bos yang simpatik akan mengatakan dengan baik tentang apa yang perlu diperbaiki anak buah, bukan dengan cara marah-marah yang menyeramkan.
Tapi, ketika dapat atasan yang seperti kisah mantan pejabat di bagian pembukaan artikel ini, jelas suasana kerja jadi mencekam. Anak buah bekerja dalam kondisi stres.
Jadi, sekali lagi, di dunia kerja hal-hal seperti di atas merupakan hal biasa. Tulisan ini tidak akan mengelaborasi bagaimana sikap junior terhadap senior.
Junior yang sungkan, hormat, patuh, dan berbagai sikap yang menunjukkan kesetiaan kepada senior, ya begitulah memang seharusnya.
Bila dapat bos galak, sabar menjadi kata kunci. Kecuali, bila si bos melakukan tindak kekerasan, perlu dipikirkan untuk melaporkan ke pejabat lebih tinggi.
Tulisan ini akan lebih fokus pada bagaimana sebaiknya seorang senior bersikap kepada juniornya, agar tercipta hubungan baik dalam jangka panjang, bahkan hingga saat pensiun.
Jangan bangga dengan status senior. Justru perlu hati-hati, pada masanya si senior akan pensiun lebih dulu dan digantikan oleh juniornya.
Artinya, jika memandang untuk kebaikan di masa datang, maka yang senior lah yang perlu berbaik-baik dengan junior, karena junior adalah pemilik masa depan.
Jadi, beberapa hal yang perlu dilakukan senior, pertama, yang paling penting jangan sok kuasa. Jangan sedikit-sedikit menggertak, mengancam, atau mengintimidasi junior.
Kedua, memaklumi kesalahan yang dibuat junior, apalagi junior yang betul-betul baru bekerja. Lalu, mengajari atau membimbing junior dengan tulus.