Seorang teman yang berprofesi sebagai pemborong kecil-kecilan bagi pelanggan individu yang akan membangun atau merenovasi rumah, baru-baru ini mengeluh karena menderita kerugian.
Ceritanya, teman saya ini sudah lama tidak menerima order. Maka, ia bergerilya mendatangi para kenalannya yang diperkirakan membutuhkan renovasi rumah.
Singkat kata, ada seorang kenalannya yang setuju merenovasi rumahnya yang memang sudah kurang layak pakai. Tapi, orang ini maunya pakai sistem borongan dengan harga yang miring.
Bagaimana proses negosiasinya tak diceritakan kepada saya, tapi intinya terjadi kesepakatan yang diikat dengan semacam kontrak kerja antara kedua belah pihak.
Pelaksanaan renovasi berjalan dengan lancar, demikian pula pembayaran dari si pemesan sesuai dengan tahapan pembayaran yang tercantum dalam kontrak kerja.
Tapi, pada akhirnya sang kontraktor bangunan menyadari bahwa ia telah salah kalkulasi. Ia mengaku mengambil keputusan untuk berani banting harga karena putus asa dengan sepinya order.
Hebatnya, teman saya tetap bersikap profesional tak mau membangun asal-asalan. Toh itu rumah kenalannya juga yang bagaimanapun juga harus saling menjaga hubungan baik.
Lagipula, reputasi sangat penting artinya bagi portofolio seorang kontraktor. Atau, yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini, reputasi yang baik berlaku di semua bidang bisnis  apapun.
Jangan mengira bila satu pelanggan yang tidak puas, hal itu dampaknya hanya terbatas pada satu orang itu saja.
Bukan tidak mungkin yang satu orang itu bercerita ke teman atau familinya, lalu yang mendengar keluhannya akan bercerita lagi kepada orang lain.