Penyebabnya yang terutama adalah karena pola asuh yang terlalu permisif, dalam arti orang tua membolehkan anak melakukan apa saja yang ia inginkan.
Bisa juga karena pola asuh yang terlalu protektif atau selalu dilindungi orang tua. Sering pula orang tua mengatakan dunia luar itu berbahaya.
Akibatnya, si anak punya cara pandang yang salah terhadap dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarya.
Kemudian, karena tidak percaya diri dan selalu cemas ketika berinteraksi dengan orang lain, mereka membentengi diri dengan bersikap layaknya anak kecil.
Kalau kita terlanjur punya anggota keluarga yang diduga terkena Peter Pan Syndrome, apa yang perlu kita lakukan? Paling tidak, 3 hal berikut ini bisa membantu:
Pertama, mendatangi psikolog atau psikiater agar dapat diterapi dengan tepat. Tentu, sebelumnya dilakukan pemeriksaan oleh ahlinya untuk mendiagnosis.
Kedua, dukungan dari keluarga sangat penting dan juga dari lingkungan sekitar. Dukungan tersebut dengan mendengar keluh kesah si penderita, tanpa terlalu mengintervensi.
Ketiga, meskipun tanpa terkesan mengintervensi, motivasi dari keluarga tetap diperlukan agar mereka lebih berani. Terhadap kemajuan kecil yang dialaminya, berikan apresiasi.
Demikian sekilas tentang penyakit Peter Pan Syndrome, semoga bermanfaat bagi para pembaca Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H