Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ubah Tampilan Jangan Sampai Membuat Pelanggan Hilang

3 Juni 2024   07:02 Diperbarui: 8 Juni 2024   07:35 3809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan Budi Susilo yang berjudul "Sepi Pembeli, Meski Ubah Warung Jadi Lebih Rapi", di Kompasiana (24/5/2025) menarik untuk dijadikan pelajaran bagi para pelaku usaha.

Pelaku usaha kecil yang ingin "naik kelas" lazimnya akan tergoda untuk memperbaiki penampilan, dengan tujuan bisa lebih banyak menggaet pelanggan.

Penampilan dimaksud bisa berupa tempat berjualan yang lebih luas, lebih nyaman, dekorasi yang kekinian, kemasan produk yang lebih enak dipandang, dan sebagainya.

Nah, dalam kasus yang ditulis Mas Budi (begitu biasanya saya memanggil Kompasianer Budi Susilo), dikisahkan tentang keberadaan tempat makan yang sangat sederhana.

Kesederhanaan itu terlihat dari tempat yang bersahaja dan juga dalam cara memajang makanan. Bangunannya dari kayu dan lantainya disemen tanpa aci.

Meskipun demikian, pembelinya selalu ramai, bahkan antri di jam-jam tertentu. Padahal, angin yang berhembus dari rongga kayu tak mampu mengusir kepanasan yang dirasakan pelanggan.

Sayangnya, ketika kemudian warung makan itu direnovasi menjadi lebih luas, lebih nyaman, dan bergaya kekinian, pelanggan malah sepi.

Terlepas dari soal kemungkinan sepi itu karena perubahan cita rasa makanan, saya merasa justru renovasi itu menjadi blunder bagi pemilik warung makan itu.

Betapa tidak, ada kerugian yang berganda, yakni dari biaya renovasi yang pasti tidak sedikit nilai rupiahnya dan sepinya pelanggan.

Dugaan saya, pelaku usaha yang punya tempat makan di atas gagal memahami kelompok mana yang jadi target market atau pelanggan yang disasarnya. 

Ada baiknya sebelum melakukan renovasi, beberapa pelanggan yang datang diajak ngobrol santai. Minta masukan pelanggan tentang apa yang perlu diperbaiki.

Kalau pelanggan sudah puas dengan kondisi apa adanya, maka tinggal mempertahankan saja. Boleh memperbaiki bangunannya, tapi hanya untuk memelihara agar tidak cepat rusak.

Artinya, konsep dasar sebagai tempat makan sederhana dan murah, jangan diubah. Biarkan pelanggan makan lahap dengan keringat yang mengucur. Justru itu yang asyik.

Jangan tergiur melihat ramainya tempat makan lain yang terkesan bergaya kekinian dengan lahan parkir luas. Target market-nya berbeda dan bukan pesaing tempat makan ala desa.

Kelebihan tempat makan sederhana ala desa adalah harga makanan yang murah. Pelanggan tak perlu berdandan untuk datang, dan bisa duduk gaya bebas sambil ngobrol dengan pelanggan lain.

Bahkan, tak sedikit orang yang punya banyak uang, sengaja mencari tempat makan ala desa. Mungkin karena rindu suasana masa lalunya. 

Atau, bisa jadi orang kaya itu sudah bosan dengan makanan di restoran bergaya elit dengan pendingin udara yang sangat sejuk.

Tidak hanya di bisnis kuliner hal di atas berlaku. Pada dasarnya, apapun bisnisnya, penting untuk menentukan target market atau kelompok pelanggan yang dibidik.

Bukankah kebutuhan kelompok orang kelas atas, kelas menengah, dan kelas pas-pasan, berbeda-beda, sehingga berbeda pula cara melayaninya?

Ada bank besar yang punya modal sangat cukup untuk membangun kantor yang megah. Tapi, ketika bank ini membuka kantor di desa-desa, tentu kantornya sangat bersahaja.

Pernah bank tersebut membangun kantor yang agak nyaman di sebuah desa. Apa yang terjadi? Beberapa nasabah masuk dengan membuka sandal, karena takut mengotori lantai.

Artinya, tampilan yang bagus malah membuat pelanggan sungkan. Akhirnya, bank tersebut kembali membangun kantor bank desa dengan gaya yang mirip kantor kepala desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun