Aldelia Rahma, demikian nama seorang bocah kelas 4 SD di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Kisah yang dialami Aldelia ini betul-betul memilukan.
Rupanya, tindakan bullying (perundungan) di sekolah sudah sedemikian parahnya, dan bahkan sudah menjadi tindak kekerasan sesama anak-anak.
Itulah yang terjadi ketika di SD Negeri 10 Durian Jantung, Nagari III Koto Aur Malintang, Padang Pariaman, melakukan kegiatan gotong royong, pada hari terakhir Februari 2024.
Seperti diberitakan Tribunnews.com (26/5/2024), ketika siswa mengelilingi api untuk melempar sampah, seorang siswa laki-laki menyulut api menggunakan bensin.Â
Bensin itu diarahkan ke Aldelia, sehingga api membakar pakaiannya. Sontak terjadi kepanikan dan Aldelia yang masih dijilati api berlari ke kamar mandi.
Namun, karena pintu kamar mandi terkunci, Aldelia berlari ke dalam kelas dengan api yang masih membakar bajunya.
Untung ada Guru Olahraga yang melihat dan segera memadamkan api yang sudah menghanguskan sebagian tubuh Aldelia.
Pihak sekolah segera membawa korban ke Puskesmas terdekat, sebelum kemudian dibawa ke RSUD Lubuk Basung, Kabupaten Agam.
Mengingat fasilitas RSUD yang kurang memadai untuk merawat Aldelia, akhirnya bocah yang tinggal bersama neneknya itu, dirawat di RSUP M Djamil, Padang.
Setelah dirawat selama 2 bulan, korban yang mengalami luka bakar sekitar 80 persen, baru berhasil disembuhkan sekitar 5 persen.
Berita tentang Aldelia kemudian mendapat perhatian ramai karena akhirnya Aldelia Rahma meninggal dunia pada Selasa (21/5/2024).
Sewaktu dirawat di RSUP M Djamil, Aldelia juga diketahui mengalami gizi buruk. Sejak kecil Aldelia tak pernah bertemu ayahnya karena oran tuanya berpisah.
Sedangkan ibunya pergi merantau. Makanya Aldelia di kampung diasuh oleh neneknya. Dapat dibayangkan, Aldelia kurang mendapat sentuhan kasih sayang ayah dan ibunya.
Atas kasus yang menimpa Aldelia, pihak keluarga telah melaporkan kepada pihak kepolisian. Tentu, maksudnya untuk menuntut keadilan, agar pihak yang bersalah mendapat hukuman.
Terlepas dari apa bentuk hukuman yang akan dijatuhkan kepada pelaku yang membuat Aldelia terbakar, kasus ini membuktikan bahwa kenakalan anak, adakalanya sudah sangat keterlaluan.
Bisa jadi nantinya karena si pelaku masih anak-anak, hukumannya lebih bersifat pembinaan. Nah, kalau ini terjadi, mungkin akan jadi polemik.
Akan ada pihak yang menginginkan pelaku tindakan kejahatan yang masih anak-anak perlu hukuman yang akan memberikan efek jera.
Tapi, akan ada pula pihak yang menilai perlunya memahami bahwa seorang anak belum mampu berpikir seperti orang dewasa. Jadi, kasus seperti itu sebaiknya dimaklumi dan dimaafkan.
Efektivitas hukuman terhadap anak memang menyisakan pertanyaan, apakah si anak akan betul-betul bertobat dan tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.
Padahal, perasaan kehilangan dan sakit hati bagi keluarga anak yang jadi korban kekerasan, jelas perlu pula ditimbang rasa keadilannya.
Tidak gampang memaafkan begitu saja atas kenakalan yang sangat fatal dari seorang anak yang berujung dengan meninggal dunianya anak yang lain.
Jadi, semua orang tua dan para guru perlu memberikan perhatian ekstra pada upaya pencegahan bullying di kalangan anak-anak.
Mulanya bullying dianggap hal kecil, namun jika dibiarkan akan berbahaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H