Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dipisahkan Pemilu, Disatukan Sepak Bola Tanpa Cawe-Cawe

29 April 2024   05:23 Diperbarui: 29 April 2024   05:39 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan nonton bareng (nobar) siaran langsung pertandingan sepakbola antara Indonesia melawan Korea Selatan (Jumat dini hari, 26/4/2024) lalu, ternyata terjadi di berbagai penjuru tanah air.

Laga dramatis di atas merupakan sejarah baru persepakbolaan nasional, di mana untuk pertama kalinya timnas U23 Indonesia ikut di Piala AFC U23.

Sebelum itu, Indonesia selalu gagal di babak kualifikasi. Maka, status Indonesia adalah debutan. Hebatnya, meski debutan, Indonesia maju ke perempat final. 

Nah, laga menghadapi Korea di atas adalah di babak perempat final atau 8 besar. Lagi-lagi Garuda Muda berhasil terbang lebih tinggi.

Korea Selatan yang nota bene adalah favorit juara dikandaskan Indonesia dengan skor 11-10 melalui adu penalti. Di waktu normal plus perpanjangan waktu 30 menit, skornya imbang 2-2.

Sambutan masyarakat, khususnya yang nobar di berbagai tempat, sungguh luar biasa. Semuanya berteriak histeris kegirangan menyambut kemenangan timnas Indonesia U-23.

Merinding, terharu, bangga, itulah yang dirasakan puluhan juta (bahkan mungkin lebih dari seratus juta) pasang mata pendukung timnas Indonesia yang menonton melalui televisi.

Semua elemen masyarakat kompak bersatu meneriakkan yel-yel yang memompa semangat kebangsaan kita. "Kita pasti menang", "Garuda di dadaku", demikian antara lain yel-yelnya. 

Hebat. Ternyata sepakbola nasional mampu menyatukan segenap bangsa Indonesia. Padahal, hingga beberapa hari sebelumnya, masyarakat masih terbelah menyikapi hasil resmi Pemilu.

Pilpres dan pileg yang dilakukan pada 14 Februari 2024 lalu memang sudah berjalan relatif lancar. Tapi, ketidakpuasan sebagian orang atas hasilnya masih terlihat.

Buktinya, aksi unjuk rasa di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) dan di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) memperlihatkan ketidakpuasan sebagian masyarakat. 

Mereka yang tidak menerima hasil resmi Pemilu, karena meyakini telah terjadi kecurangan pada saat Pemilu tersebut. 

Bahkan, cawe-cawe pejabat negara yang seharusnya bersikap netral, dinilai sebagaian orang sebagai hal yang telah melanggar aturan main yang berlaku.

Nah, atas kemenangan timnas, tentu semua kita sepakat bahwa ini kemenangan yang murni. Bahwa mungkin ada faktor keberuntungan, ya itu sesuatu yang wajar.

Yang penting, suksesnya Garuda Muda melaju ke semifinal alias masuk 4 besar Asia, diraih tanpa cawe-cawe dan tanpa rekayasa.

Faktor kepemimpinan Erick Thohir sebagai Ketua Uumum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berpadu dengan faktor kejeniusan pelatih Shin Tae Yong (STY).

Itulah yang membuat Indonesia sukses. Tak ada yang instan, karena faktor semakin padunya anak-anak timnas U-23 yang mayoritas telah main bersama sejak 4 tahun lalu, menjadi hal penting.

Mental mereka menjadi kuat, tak gentar menghadapi lawan yang punya reputasi tinggi dan nama besar. Sekarang, Indonesia menjadi tim papan atas Asia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun