Banyak pembahasan tentang puasa Ramadan yang dilihat dari aspek ibadah semata-mata. Tentu ini sah-sah saja. Siapa yang tidak tergiur dengan pahala yang berlipat ganda atas ibadah tersebut?
Namun, perlu diingat bahwa nilai-nilai Ramadan atau hikmah puasa di bulan suci itu, tak bisa dilepaskan dari aktivitas keduniawian kita sehari-hari.
Puasa yang kita lakukan dengan cara yang bersungguh-sungguh akan berdampak positif pula pada kegiatan rutin kita, baik dalam lingkup keluarga maupun di lingkungan di mana kita bekerja.
Sebetulnya ada kaitan yang signifikan antara spirit atau roh Ramadan dengan kinerja seseorang dalam bekerja, terlepas dari apapun bidang pekerjaannya, sepanjang pekerjaan itu halal.
Sebagai contoh, ada nilai kedisiplinan dalam ibadah puasa. Disiplin bangun sebelum waktu salat subuh agar bisa makan sahur. Disiplin melakukan salat tarawih, membaca Al Qur'an, dan sebagainya.
Nah, nilai kedisiplinan itu sangat bisa ditransformasikan menjadi disiplin di bidang pekerjaan kita. Tidak hanya disiplin dalam waktu, tapi juga disiplin mematuhi semua pedoman kerja.
Dengan semangat Ramadan itu, kita akan terpacu memanfaatkan setiap detik di waktu kerja, untuk meningkatkan kinerja atau meningkatkan produktivitas.Â
Bila kita tergoda untuk bermalas-malasan, bekerja santai, bahkan memanipulasi waktu kerja untuk kepentingan pribadi, ini jelas-jelas bertentangan dengan spirit Ramadan.
Pada gilirannya, ketika kinerja kita semakin membaik, yang berada di atas rata-rata karyawan lain atau di atas rata-rata pelaku usaha lain, cuan pun datang dengan sendirinya.
Dalam hal ini, tolong diingat bahwa cuan yang dimaksudkan di sini jangan diartikan secara sempit sekadar keuntungan dari uang yang masuk.Â
Kesempatan yang diperoleh, kenayamanan dalam bekerja, kesehatan fisik dan mental, dan juga kreativitas atau inovasi, bisa dianggap sebagai modal, yang nantinya akan terkonversi menjadi cuan.
Tapi, perlu ditegaskan, niat bekerja itu harus karena Allah, sehingga mengandung nilai ibadah. Faktor cuan hanya sebagai konsekuensi logis, bukan karena bekerja demi cuan.
Masalahnya, jika dari awal sudah diniatkan untuk berburu cuan dalam arti uang, ketika uang yang ditunggu-tunggu terlambat datang, kita akan gampang kecewa dan mental pun jatuh.
Bekerja itu ibadah, karena harus dipertanggungjaabkan kepada Allah. Maka, sekali lagi, niatkan bekerja itu untuk ibadah.
Implementasinya, bekerja harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dengan sikap disiplin dan profesional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H