Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bedanya Bullying di Sekolah Kedinasan dan Kedokteran Spesialis

14 Juli 2024   07:38 Diperbarui: 14 Juli 2024   07:45 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. Getty Images/bymuratdeniz, dimuat detik.com

Oleh karena itu, Menkes meminta hal ini harus dihentikan agar tidak turun temurun atau agar terputus mata rantainya.

Yang disampaikan Menkes belum separah contoh yang saya dengar. Ada seorang dokter umum alumni FK PTN di sebuah ibukota provinsi di Sumatera yang tak ingin masuk PPDS.

Ia merasa sayang membuang banyak uang di luar biaya resmi. Uang dimaksud adalah untuk memenuhi permintaan senior.

Katanya, dari pengalaman kakak angkatannya di kedokteran umum dan melanjutkan ke spesialis, ada senior yang mau ke Jakarta minta tiket pesawat pulang pergi. 

Ada senior yang minta dibelikan laptop. Jelas harganya lebih mahal dibandingkan membeli makanan atau biaya foto kopi untuk kepentingan senior.

Di lingkungan keluarga besar saya, yang mencakup juga saudara sepupu dan keponakan, sudah ada beberapa orang yang berprofesi sebagai dokter.

Nah, ketika di media massa, khususnya di Koran Kompas, ramai mengupas soal depresi yang dialami sebagian calon dokter spesialis, saya sama sekali tidak kaget.

Kebetulan, adik saya seorang dokter spesialis penyakit dalam dan berlanjut lagi dengan menyelesaikan subspesialis hematologi onkologi medik.

Pengalaman adik saya yang mengambil program spesialis sekitar 21 tahun yang lalu (dan subspesialis 15 tahun lalu), tidak terdengar keluhannya yang terkait dengan perundungan.

Mungkin tidak ada atau ia tak mau menceritakan, atau memang ketika itu perundungan belum sebanyak beberapa tahun terakhir ini.

Namun, ada 2 orang keponakan saya yang mengkuti PPDS (yang satu baru selesai, satu lagi baru 1 tahun ikut program), membuat saya meyakini kebenaran pernyataan Menkes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun