Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di acara Kick Andy yang ditayangkan Metro TV (Minggu, 23/6/2024) mengungapkan kenapa beliau mengangkat soal bullying atau perundungan di pendidikan kedokteran.
Bahwa perundungan di berbagai kampus, terutama di perguruan tinggi kedinasan, mungkin sudah dianggap berita biasa, meskipun sebenarnya tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.
Korban perundungan di perguruan tinggi kedinasan bahkan sudah memakan korban jiwa, seperti dulu terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Terakhir, ada berita meninggalnya junior di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, awal Mei 2024 lalu, diduga karena dianiaya seniornya.
Tapi, perundungan di lingkungan perguruan tinggi elit, yakni pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), rasanya tak banyak diketahui publik.
Makanya, Menkes merasa hal ini tak bisa didiamkan saja. Akhirnya, beberapa Minggu yang lalu, media massa banyak yang memberitakan praktik perundungan di PPDS sejumlah universitas.
Seorang mahasiswa peserta PPDS di salah satu perguruan tinggi swasta, yang ikut jadi penanya di acara talk show itu, mengaku tidak mengalami perundungan.Â
Pak Menteri menanggapi bahwa si mahasiswa itu beruntung, karena dari yang beliau ketahui, praktik perundungan dari para senior terhadap mahasiswa baru yang ikut PPDS sudah biasa terjadi.
Contoh tindakan yang diminta senior terhadap juniornya yang disampaikan Menkes, antara lain mengurus laundry senior, membelikan bensin untuk mobil senior, dan urunan untuk membeli makanan untuk senior.
Ada pula junior yang mengumpulkan uang untuk membayar sewa lapangan tenis yang akan digunakan senior-seniornya. Kalau ini dianggap sebagai ujian mental, tentu kurang tepat.