"Nak, sini nak, itu ada Om datang. Ayo salaman sama Om, nanti kamu dikasih uang." Begitulah ucapan seorang ibu kepada anaknya di hari lebaran.
Apakah ada yang salah dengan ucapan si ibu itu? Kita boleh berbeda pendapat, tapi menurut saya ucapan si ibu itu cenderung tendensius.
Pertama, si ibu seperti mengajarkan anaknya menjadi "pengemis" di hari lebaran. Kalau istilah pengemis dianggap kasar, paling tidak si ibu mengajarkan agar anaknya jadi anak yang mata duitan.
Patut diduga, si anak telah diperalat ibunya. Bisa jadi si ibu lah yang mata duitan, mungkin karena sudah karakternya, atau kepepet karena lagi tak punya uang.
Jangan ajarkan anak menjadi "pengemis" di hari lebaran. Meminta anak bersalaman dengan Om dan Tantenya, baik-baik saja. Tapi, tak perlu diembel-embeli agar dikasih THR.
Kedua, ucapan si ibu sekaligus seperti menekan si om yang datang, agar memberi anaknya salam tempel lebaran.
Lebaran tahun depan, bila si om lagi tidak punya uang, mungkin ia akan enggan berlebaran ke rumah si ibu itu tadi.
Padahal, tujuan bertemu di hari lebaran adalah menyambung tali silaturahmi. Adapun salam tempel bagi anak-anak hanyalah sekadar kembangannya saja.
Salam tempel lebaran memang sudah tradisi, namun jangan sampai memberatkan mereka yang tidak punya cukup uang.
Terkadang, soal salam tempel itu yang membuat orang enggan mudik lebaran bila tak punya duit, karena saat ketemu anak-anak tak bisa membagikan uang.