Sebuah iklan perusahaan rokok yang tayang di sejumlah stasiun televisi nasional sejak beberapa hari sebelum lebaran, cukup menarik perhatian saya.
Memang, untuk iklan rokok, regulasinya lumayan ketat. Ajakan secara eksplisit agar orang lain merokok atau adegan orang merokok, tidak dibolehkan.
Jadinya, iklan rokok banyak dikemas seperti kisah pendek yang di akhir penayangan baru muncul lambang dan logo perusahaan rokoknya.
Nah, iklan yang ingin saya ulas adalah menggambarkan berkumpulnya banyak orang di sebuah rumah dalam rangka silaturahmi idulfitri.
Uniknya, mereka yang berkumpul seperti terbelah dua. Ada kelompok yang menyukai opor ayam pakai ketupat dan ada kelompok yang menyukai opor ayam pakai lontong.
Kedua kelompok tak mau mengalah mengatakan ketupat atau lontong yang paling enak. Akhirnya muncul seorang penengah yang mengatakan opor ayam lebih pas pakai nasi.
Lalu mereka semua tertawa terbahak-bahak dan mengucapkan selamat hari raya idulfitri dan mohon maaf lahir batin ke arah pemirsa.
Opor ayam di hari lebaran seperti menjadi makanan "wajib" bagi banyak rumah tangga di negara kita.Â
Pada masyarakat Betawi, Sunda, dan Jawa, ketupat opor ayam sudah jadi makanan tradisi setiap lebaran sejak dahulu kala.
Kemudian, masyarakat luar Jawa pun meniru hal tersebut sebagai hidangan lebaran, meskipun dengan sedikit modifikasi sesuai dengan selera lokal.