Berbelanja keperluan lebaran tidak lagi harus capek-capek mendatangi supermarket dengan antrean panjang di kasir atau ke pasar tradisional yang becek.
Sambil rebahan di rumah pun, kebutuhan lebaran bisa diantar ke rumah. Transaksinya dilakukan secara online, tentu sepanjang ada akses internet.
Masalahnya, ketika mau membayar secara online, sering muncul pesan yang sangat menggoda di layar gawai, yang menawarkan mekanisme pembayaran pakai paylater.
Dengan cara paylater, barang akan datang segera dan pembayaran baru akan ditagih kemudian sesuai waktu yang disepakati.
Tentu, akan ada konsekuensi bunga atas pinjaman untuk berbelanja di atas. Semakin panjang periode pinjaman, semakin besar bunga yang akan membebani.
Bahkan, bisa-bisa jumlah yang dibayar sama besarnya dengan harga barang yang dibeli, kalau pelunasan paylater selalu ditunda-tunda.
Sangat banyak platform yang bergerak di bidang perdagangan online dan juga aplikasi media sosial yang memberikan fasilitas sistem pembayaran paylater.
Hebatnya, aplikasi tersebut seolah sudah tahu karakter penggunanya, sehingga saat membuka aplikasi itu sudah tercantum berapa limit kredit seseorang.
Siapa yang tidak senang jika tiba-tiba disebutkan mendapat limit berbelanja secara paylater sebesar Rp 15 juta.
Mereka yang kurang waspada mungkin akan langsung menggunakan limit tersebut dengan membeli barang yang sudah lama diidamkannya.