Hal ini bisa dianggap melecehkan orang lain atau tidak menghargai acara yang dihadirinya. Namun, si pelaku sendiri tidak menyadari kalau tindakannya dinilai tidak respek pada orang lain.
Kedua, FOMO atau Fear of Missing Out. Para pelaku FOMO selalu mementingkan ketersediaan jaringan internet agar mereka tetap bisa eksis di dunia maya.Â
Ketiga, slacktivism atau semacam perasaan telah melakukan gerakan sosial dengan memberikan lambang like, love, atau memberikan komentar di media sosial.
Ironisnya, sumbangan sosial secara langsung di dunia nyata relatif jarang dilakukan, termasuk langkanya mereka mengungkapkan like atau love di dunia nyata.
Intinya, perlu keseimbangan antara berkomunikasi di dunia nyata dan dunia maya. Ketika berinteraksi secara langsung, lupakan gawai untuk sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H