Kedua, di bulan puasa secara teori seharusnya kecil peluang untuk korupsi waktu. Waktu istirahat 1 jam sangat cukup untuk salat, malah bisa ditambah dengan mengaji.
Masalahnya, ada saja karyawan yang tidur di musala sehabis salat Zuhur, yang bangunnya kebablasan melewati jam istirahat.
Ketiga, dengan catatan tidak ada korupsi waktu, tentu produktivitas bisa meningkat. Hal ini jelas menjadi kondisi yang menggembirakan buat perusahaan tempat seseorang bekerja.
Nah, bila produktivitas selama Ramadan meningkat, diharapkan pihak manajemen perusahaan juga bisa memahami kebutuhan personal para pekerjanya, dengan memberikan hal-hal berikut.
Pertama, memberi semacam bonus atau insentif bagi karyawannya, bukan semata-mata tunjangan hari raya (THR) seperti yang telah diatur oleh ketentuan pemerintah.
Kedua, tidak membebani karyawan dengan kerja lembur di malam hari, agar ibadah malam para karyawan bisa berjalan dengan baik tanpa terganggu tugas kantor.
Ketiga, mengatur dengan baik soal cuti para karyawan, tidak semata-mata di hari cuti bersama, agar kebutuhan me time para karyawan terpenuhi.
Bukankah karyawan perlu sejenak untuk healing, apalagi di sekitar libur lebaran yang biasanya banyak orang melakukan perjalanan mudik.
Kerja, Ibadah, dan me time, merupakan 3 hal yang harus seimbang dalam kehidupan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H