Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ibu-ibu Jualan Takjil, Haruskah Terhenti Setelah Ramadan?

1 April 2024   05:12 Diperbarui: 1 April 2024   05:17 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu-ibu jualan takjil | dok. tribun manado / siti nurjanah

Ya, keuntungannya mungkin tidak besar, tapi lumayan untuk menambah uang dapur atau untuk membeli baju lebaran anak-anaknya.

Masalahnya, untuk tahun ini bulan suci Ramadan hanya tersisa beberapa hari lagi. Bagaimana nasib ibu-ibu penjual takjil setelah Ramadan berakhir?

Mungkinkah pembuatan takjil skala rumah tangga bisa naik kelas, sehingga menjadi usaha setiap hari? Jualan takjil tak harus berhenti setelah Ramadan jika tahu kiat-kiatnya.

Apa saja kiatnya? Makanan manis sebetulnya juga disukai sebagai camilan, pendamping minum kopi atau minum teh.

Kalau takjilnya terkenal enak, pasti dicari pelanggan. Apalagi, takjil yang dibuat tak usah banyak-banyak, tentu melihat dulu seberapa banyak pelanggan yang meminati setiap hari.

Bukankah di pasar atau di pinggir jalan ada saja kios kecil yang menyediakan aneka bubur, termasuk kolak dan minuman es campur, yang membuka kios setiap hari?

Artinya, di luar bulan puasa pun tetap ada yang membutuhkan makanan yang di bulan puasa disebut sebagai takjil.

Masalahnya, bagaimana membuat makanan yang enak, bersih, lalu dipromosikan dengan baik seperti di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun