Ya, keuntungannya mungkin tidak besar, tapi lumayan untuk menambah uang dapur atau untuk membeli baju lebaran anak-anaknya.
Masalahnya, untuk tahun ini bulan suci Ramadan hanya tersisa beberapa hari lagi. Bagaimana nasib ibu-ibu penjual takjil setelah Ramadan berakhir?
Mungkinkah pembuatan takjil skala rumah tangga bisa naik kelas, sehingga menjadi usaha setiap hari? Jualan takjil tak harus berhenti setelah Ramadan jika tahu kiat-kiatnya.
Apa saja kiatnya? Makanan manis sebetulnya juga disukai sebagai camilan, pendamping minum kopi atau minum teh.
Kalau takjilnya terkenal enak, pasti dicari pelanggan. Apalagi, takjil yang dibuat tak usah banyak-banyak, tentu melihat dulu seberapa banyak pelanggan yang meminati setiap hari.
Bukankah di pasar atau di pinggir jalan ada saja kios kecil yang menyediakan aneka bubur, termasuk kolak dan minuman es campur, yang membuka kios setiap hari?
Artinya, di luar bulan puasa pun tetap ada yang membutuhkan makanan yang di bulan puasa disebut sebagai takjil.
Masalahnya, bagaimana membuat makanan yang enak, bersih, lalu dipromosikan dengan baik seperti di media sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI