Seorang ibu terlihat menyeka air matanya saat diwawancara reporter televisi yang ditayangkan Trans TV, Rabu pagi (28/2/2024), yang terjadi di sebuah lokasi penjualan beras murah.
Saya yang menonton berita jadi ikut-ikutan sedih, apalagi ibu tersebut mengucapkan bahwa ia sudah antre satu jam tapi tidak kebagian beras.
Si ibu juga mengatakan teringat anak-anaknya di rumah yang lagi kekurangan makanan. Terbayang, tentu si anak berharap ibunya pulang membawa beras untuk dimasak.
Berita tentang warga antre membeli beras murah di berbagai daerah cukup banyak menghiasi media massa, termasuk yang ditayangkan di layar kaca.
Rata-rata antreannya cukup panjang. Ada yang mengular sampai ratusan meter dalam antrean yang relatif tertib.Â
Ada pula yang mengharuskan si pembeli beras murah mencelupkan jarinya ke tinta (seperti pada pemilu yang lalu) setelah mereka kebagian beras.
Tentu, maksudnya agar orang yang telah kebagian tidak ikut-ikutan membeli beras lagi dan menghilangkan jatah orang lain yang belum kebagian.
Namun, lebih banyak lagi yang antreannya tidak tertib, sehingga lebih terkesan sebagai rebutan beras murah, bukan antrean.
Di suatu lokasi, terlihat beras ditumpuk di atas truk dan petugas membagikannya kepada warga yang berkerumun di salah satu sisi truk.
Karena panas terik saat antre yang berdesak-desakan, membuat beberapa pengantre kelelahan dan pingsan. Belum lagi yang terinjak dan menjerit kesakitan.