Problem utama bagi rumah tangga yang punya anak balita, padahal suami dan istri bekerja setiap hari, adalah yang berkaitan dengan siapa yang mengurus anak balita itu.
Anak balita, betapapun pintarnya ia, belum mampu mengurus dirinya sendiri dan tentunya tak mungkin ditinggalkan sendiri saja di rumah.
Oleh karena itu, terlepas  dari rasa terpaksa atau tulus, tak sedikit ibu yang bekerja mengambil keputusan untuk resign dari tempat kerjanya.
Bahkan, di antara ibu-ibu yang berhenti bekerja itu, ada yang sudah punya jabatan yang bagus dengan latar belakang pendidikan pascasarjana.
Namun, jika si istri tetap memutuskan untuk bekerja, ada konsekuensi yang harus disiapkan, yakni salah satu di antara beberapa pilihan berikut ini.
Pertama, menggunakan jasa asisten rumah tangga (ART), terutama yang punya kompetensi sebagai baby sitter.
Masalahnya, tidak gampang mencari ART yang memenuhi kriteria yang diinginkan. Kalaupun ada yang bagus kerjanya dan bersikap jujur, biasanya minta upah bulanan yang relatif besar.
Kedua, membawa anak ke tempat kerja bila lokasinya dekat dari rumah dan diizinkan oleh atasan.
Ketiga, menggunakan "jasa" ibu si istri atau ibu mertuanya. Bisa si ibu yang didatangkan ke rumah atau si bayi yang dibawa ke rumah si ibu jika tinggalnya berdekatan.
Keempat, menggunakan jasa Tempat Penitipan Anak (TPA) atau dalam versi yang lebih bagus kondisinya disebut sebagai daycare.
TPA dan daycare bisa dikatakan mirip. Keduanya sama-sama bermuatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau playgroup, yang dijalani sebelum masa masuk Taman Kanak-Kanak (TK).
Tentu, selain unsur PAUD-nya, TPA dan daycare lebih fokus pada pengasuhan anak. Makanya, yang disasar adalah anak dari ibu-ibu yang bekerja.
Hanya saja, daycare terkesan lebih profesional ketimbang TPA. Di dayacare cukup banyak personilnya, termasuk melibatkan sarjana psikologi anak.Â
Tumbuh kembang anak menjadi perhatian utama daycare, dengan memberi anak makanan yang bergizi, mengatur pola tidur, pola bermain individu dan kelompok, pengenalan agama, dan sebagainya.
Daycare yang baik punya banyak pengasuh, di mana satu orang pengasuh fokus mengawasi 2-3 orang anak saja.Â
Pengasuh juga aktif melaporkan kegiatan anak yang dipegangnya kepada ibu si anak memalui foto dan video.
Adapun harga yang harus dibayar untuk daycare yang bagus di Jakarta, sekitar Rp 3 hingga 5 juta per bulan.
Relatif mahal memang, tapi itu sebanding dengan manfaatnya. Lagipula, anak dititip setiap hari kerja dengan durasi sekitar 9-10 jam.Â
Bagi ibu yang bekerja, itulah beberapa pilihan yang tersedia demi anak balitanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H