Tentang sampah yang menumpuk di rumah korban, diduga sebagai akibat korban yang tidak bersedia membayar iuaran sampah bulanan seperti yang dipungut dari warga lain di sana.
Nah, dari berita "kecil" di atas (disebut kecil karena hal ini tidak viral), tersirat sebuah kekhawatiran tentang nasib lansia yang tinggal sendiri, siapa yang mau peduli?
Kisah penemuan mayat lansia yang tinggal sendiri, setelah tetangganya mencium bau busuk menyengat, sebetulnya relatif sering terjadi.
Rata-rata hal itu tidak ada indikasi sebagai korban tindak kriminal, tapi meninggal karena mengidap penyakit tertentu tanpa ada yang mendampinginya.
Bahwa lansia yang sendirian itu berpisah dengan istri atau suaminya, itu persoalan keluarga yang pihak luar tak bisa ikut campur.
Namun, anak-anak korban sebetulnya punya kewajiban moral untuk peduli pada ayahnya atau ibunya yang memilih tinggal sendiri.
Persoalannya, bagaimana dengan lansia yang tinggal sendiri yang tidak pernah berumah tangga? Jika punya saudara, ya saudaranya perlu peduli.
Tapi, kalau tidak punya saudara, ini jadi problem kemasyarakatan yang perlu dicarikan solusinya. Apalagi, jika diketahui si lansia juga punya penyakit yang serius.
Apakah tenaga puskesmas setempat berkewajiban untuk berkeliling mencari informasi keberadaan lansia yang tinggal sendiri dalam kondisi sakit?
Masalahnya, mungkin tidak ada puskesmas yang punya tenaga khusus untuk mendatangi pasien dari rumah ke rumah. Lho, melayani pasien yang datang ke Puskesmas saja sudah kewalahan.
Di lain pihak, kelompok lansia merupakan kelompok usia yang sangat rawan untuk beberapa jenis penyakit spesifik, dari penyakit katarak hingga stroke dan serangan jantung.