Setelah Tebing Tinggi, perjalanan jadi lebih mudah karena sudah lama terhubung ke Medan melalui jalan tol. Bahkan saya kaget, sejak dari Lima Puluh telah ada tol ke Tebing Tinggi.
Hanya saja, kami melakukan blunder yang cukup fatal. Ketika jalan tol Lima Puluh-Tebing Tinggi telah sampai di ujung, kami menduga sudah tersambung dengan tol Tebing Tinggi - Medan.
Minimnya rambu-rambu ke arah Medan dan ketika itu sekitar jam 12 malam, tak ada orang tempat kami bertanya. Kami memilih memutar balik untuk kembali masuk tol.
Harapannya, nanti betemu dengan jalan yang tersambung dengan tol ke Medan. Di sinilah blundernya, kami tentu saja kembali lagi ke Lima Puluh yang berjarak 43 km.
Sebetulnya, ada pintu keluar tol di Indrapura (kota kecamatan sebelum Lima Puluh). Tapi, karena ngebut, kami kebablasan hingga ujung tol di Lima Puluh.
Untuk ketiga kalinya, kami kembali masuk tol yang sama setelah memutar balik. Saat sampai di Tebing Tinggi kami lewat jalan biasa sekitar 1 km, baru masuk tol Tebing Tinggi-Medan.
Akibatnya, kami baru sampai di Medan sekitar pukul 02.00 malam, 4 jam lebih lambat dari waktu tempuh normal seperti ditulis di referensi yang saya baca.
Untung saja tol Lima Puluh-Tebing Tinggi dan sebaliknya masih gratis, karena lagi tahap uji coba. Alhasil, kami tiga kali masuk tol tanpa kartu non tunai berkurang saldonya.
Selama di Medan kami menginap di sebuah rumah di Kecamatan Helvetia. Hari pertama di Medan kami manfaatkan untuk beristirahat memulihkan tenaga, selain salat Jumat di masjid terdekat.
Besoknya, Sabtu (23/12/2023) kami memilih berwisata ke Kaldera Toba Geopark yang telah diakui sebagai UNESCO Global Geopark.
Kaldera tersebut terletak di kawasan pebukitan sekitar 180 km dari Medan, melewati Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Parapat.