Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

5 Alasan Kenapa Kerupuk "Wajib" Ada di Meja Makan

26 November 2023   07:55 Diperbarui: 26 November 2023   07:59 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara bercanda, ada yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa kerupuk. Maksudnya, bukan bahasa kiasan yang menyindir bangsa bermental kerupuk yang gampang hancur. 

Tapi, ini istilah dalam arti sesungguhnya, karena harus diakui bahwa masyarakat di berbagai daerah di negara kita sangat menggemari makan kerupuk.

Banyak orang yang menjadikan kerupuk sebagai cemilan atau makanan kecil (snack). Makanya, sewaktu minum teh atau kopi, mengudap aneka krupuk pun lazim dilakukan.

Banyak pula orang yang "mewajibkan" keberadaan kerupuk di meja makannya, karena menjadi teman makan nasi dan pendamping lauk lainnya. 

Jadi, misalnya ada lauk utama berupa rendang, ayam goreng dan sayur bening, maka akan tersedia pula kerupuk sebagai makanan pelengkap.

O ya, tentu sambal juga wajib ada. Bukanlah orang Indonesia terkenal menyukai makanan pedas? Berbagai daerah biasanya punya sambal yang sudah jadi tradisi.

Nah, paling tidak ada 5 alasan yang membuat banyak rumah tangga seolah-olah mewajibkan adanya kerupuk di rumahnya.

Pertama, sensasi makan kerupuk dengan bunyi khas kriuk-kriuknya, membuat makan nasi terasa lebih nendang. 

Kedua, kerupuk cocok dimakan dengan apa saja, tidak hanya untuk makan nasi. Makan soto, gado-gado, ketoprak, pecel, dan sebagainya, tidak lengkap jika tanpa kerupuk.

Ketiga, rasa gurih kerupuk membuat banyak orang ketagihan, sehingga tanpa sadar bisa menghabiskan makanan dalam porsi besar. Makan kerupuk juga diyakini mampu meningkatkan nafsu makan.

Keempat, harga kerupuk relatif murah dan mudah ditemukan di mana-mana, baik di warung pinggir jalan maupun di pasar swalayan.

Kelima, banyak sekali jenis kerupuk yang bisa menjadi pilihan, sehingga konsumen tidak pernah merasa bosan, bisa gonta ganti kerupuk. 

Kerupuk yang paling populer antara lain adalah kerupuk udang, kerupuk bawang, kerupuk singkong, kerupuk kulit, kerupuk mie, kerupuk ikan atau sering disebut kerupuk Palembang, dan sebagainya.

Sebagian orang menyebut kerupuk sebagai keripik tanpa membedakan secara jelas antara kedua sebutan itu.

Ya, tidak salah juga kalau kerupuk disamakan dengan keripik. Toh, dalam bahasa Inggris keduanya disebut sebagai chips.

Kripik tempe, kripik kentang, kripik singkong, dan keripik kacang yang sering disebut rempeyek, adalah beberapa contoh keripik. 

Namun, sebetulnya antara kerupuk dan keripik itu ibaratnya "serupa tapi tak sama". Disebut serupa, karena sama-sama berbunyi kriuk-kriuk saat dikunyah.

Adapun tidak samanya jika dilihat dari proses pembuatannya. Keripik dibuat dengan membelah, memotong, atau mengiris tipis-tipis dari bahan yang ada.

Sedangkan kerupuk, sebelum digoreng, dipanggang, dibakar, atau disangrai, terlebih dahulu diolah dalam suatu adonan dengan berbagai bahan tambahan.

Banyak sekali bahan yang bisa dibikin jadi kripik, rata-rata berasal dari umbi-umbian, buah-buahan dan sayuran yang digoreng dalam minyak nabati. 

Adapun kerupuk kebanyakan terbuat dari tepung tapioka, terigu, sagu, ubi dan bahan penyedap serta bahan baku lainnya.

Karena banyak sekali konsumen kripik dan kerupuk, maka dilihat dari kacamata bisnis, nilai bisnisnya sangat besar.

Memang, rata-rata produsen kripik dan kerupuk masih tergolong industri skala rumah tangga yang tersebar dari kota besar hingga di desa-desa.

Tapi, karena pelaku usahanya banyak sekali, secara total se Indonesia volume uang yang berputar dari penjualan kerupuk dan kripik ini tentu juga bernilai raksasa.

Bila setiap rumah mengonsumsi kerupuk, yang terbantu bukan hanya pemilik usaha dan tenaga kerjanya, tapi juga kios penjualnya. Bahkan juga petani yang menanam umbi-umbian.

Jangan lupa, kerupuk dan keripik laris pula sebagai oleh-oleh. Sumbar terkenal dengan kripik singkong balado. Kaltim punya oleh-oleh kerupuk kuku macan.

Kita perlu bangga bila Indonesia disebut bangsa kerupuk, enak sekaligus menguntungkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun