Secara bercanda, ada yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa kerupuk. Maksudnya, bukan bahasa kiasan yang menyindir bangsa bermental kerupuk yang gampang hancur.Â
Tapi, ini istilah dalam arti sesungguhnya, karena harus diakui bahwa masyarakat di berbagai daerah di negara kita sangat menggemari makan kerupuk.
Banyak orang yang menjadikan kerupuk sebagai cemilan atau makanan kecil (snack). Makanya, sewaktu minum teh atau kopi, mengudap aneka krupuk pun lazim dilakukan.
Banyak pula orang yang "mewajibkan" keberadaan kerupuk di meja makannya, karena menjadi teman makan nasi dan pendamping lauk lainnya.Â
Jadi, misalnya ada lauk utama berupa rendang, ayam goreng dan sayur bening, maka akan tersedia pula kerupuk sebagai makanan pelengkap.
O ya, tentu sambal juga wajib ada. Bukanlah orang Indonesia terkenal menyukai makanan pedas? Berbagai daerah biasanya punya sambal yang sudah jadi tradisi.
Nah, paling tidak ada 5 alasan yang membuat banyak rumah tangga seolah-olah mewajibkan adanya kerupuk di rumahnya.
Pertama, sensasi makan kerupuk dengan bunyi khas kriuk-kriuknya, membuat makan nasi terasa lebih nendang.Â
Kedua, kerupuk cocok dimakan dengan apa saja, tidak hanya untuk makan nasi. Makan soto, gado-gado, ketoprak, pecel, dan sebagainya, tidak lengkap jika tanpa kerupuk.
Ketiga, rasa gurih kerupuk membuat banyak orang ketagihan, sehingga tanpa sadar bisa menghabiskan makanan dalam porsi besar. Makan kerupuk juga diyakini mampu meningkatkan nafsu makan.