Saya jadi penasaran, mudah-mudahan pada kesempatan berikutnya saya akan singgah lagi dan bisa kebagian sambalado tanak.
Nah, kesempatan kedua datang juga sekitar 2 bulan setelah itu. Alhamdulillah, kali ini saya datang lebih cepat dan masih kebagian sambalado tanak.
Namun, bayangan sambalado tanak seperti yang dimasak ibu saya di zaman dulu, tidak terlihat dari tampilannya. Ketika saya kunyah, saya berkata dalam hati bahwa ini tidak seenak punya ibu saya.
Akhirnya, begitulah, saya tetap menikmati menu lainnya yang memenuhi selera saya. Hanya saja, harapan saya yang terlanjur tinggi, tidak tercapai.
Apalagi, saya juga memberi nilai yang rendah untuk kondisi kebersihan di rumah makan itu, sewaktu saya ke toilet dan menumpang salat di musala di pojok belakang rumah makan.
Rasa makanan oke, tapi kebersihan kurang memenuhi standar, menjadikan saya tidak terlau berminat lagi untuk singgah pada kesempatan berikutnya.
Kemudian, saya ingin berganti kisah dengan Restoran Minang "P" yang saat peresmiannya di kawasan Bintaro, Jakarta, tahun 2022 diramaikan di media sosial.
Restoran itu langsung terkenal dan dengan sistem waralaba membuka beberapa cabang di lokasi lain di Jakarta.
Sewaktu dibuka Cabang Tebet yang relatif dekat dari rumah saya, saya pun penasaran untuk menjajalnya. Apakah memang seheboh ulasannya di media sosial?
Mewah, luas, dan bersih, itulah kesan pertama saya. Parkir mobil pun relatif gampang. Menikmati makanannya untuk pertama kali, enak-enak saja.
Namun, ketika makan untuk kedua kalinya sewaktu mentraktir famili saya, rasanya sebetulnya biasa saja. Apalagi saya baru menyadari, pilihan menunya tak terlalu banyak.