Bahkan, mereka yang berkarier sebagai pengusaha pun tak luput dari tudingan KKN. Maksudnya, usahanya berkembang karena ada "figur" tertentu di belakang layar.
Lalu, siapa yang disebut dengan "orang kuat" itu tadi? Ya, bisa saja pejabat negara atau direksi dan komisaris di sebuah perusahaan. Pokoknya orang kuat itu yang punya kekuasaan besar.
Pendapat bernada minor di atas tak bisa disalahkan, karena di era jadul konon memang seperti itu yang lazim terjadi.
Tapi, untuk zaman sekarang, terlepas dari masih adanya segelintir yang besar karena KKN, paradigma memandang sumber daya manusia sebagai human capital, telah banyak diterapkan.
Dengan demikian, sebuah lembaga, instansi, organisasi, atau perusahaan akan tidak main-main dalam merekrut orang-orang terbaik demi keberhasilan yang konsisten dalam jangka panjang.
Setelah direkrutnya orang terbaik, tidak berarti akan mulus-mulus saja. Pelatihan dan pengembangan karier semua personil pun menjadi perhatian utama pihak manajemen.
Dalam hal ini, mempromosikan seseorang hanya karena KKN jelas-jelas tindakan bunuh diri, karena akan melemahkan organisasi ke depannya.
Maka, orang-orang yang sukses yang secara umum berlaku di bidang apa saja, adalah mereka yang paling tidak memenuhi 5 kriteria berikut ini.
Pertama, punya inisiatif untuk memulai sesuatu tanpa menunggu instruksi atau arahan dari atasan atau dari orang lain. Hal ini lebih berkaitan dengan kemauan dan bukan soal kemampuan.
Kedua, punya kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan atau kapasitas, baik yang bersifat teknis maupun manajerial. Kompetensi juga mencakup aspek knowledge, skill, dan attitude.
Banyak pula referensi yang membagi skill atas hard skill (yang antara lain terlihat dari nilai di ijazah) dan soft skill yang berkaitan dengan kecerdasan emosional atau kemampuan interpersonal.