Perlu diketahui, ada beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit berskala besar yang beroperasi di Sumatera dan Kalimantan, namun perusahaan itu berasal dari Malaysia.Â
Jika perusahaan Malaysia tersebut ikut menjadi penyebab mengganasnya karhutla sekarang ini, pemerintah harus mampu mengambil tindakan hukum agar menimbulkan efek jera.
Tentu, tak bisa pula dikesampingkan, bahwa karhutla tahun ini juga karena efek El Nino yang membuat karhutla menjadi semakin parah.
Sebagai catatan, pada pekan lalu, data dari ASEAN Specialized Meteorological Centre (ASMC) yang berbasis di Singapura, mendeteksi ada 52 titik api di Sumatera dan 264 hotspot di Kalimantan.
Karhutla bisa saja terjadi secara alami karena kekeringan yang berlangsung cukup lama, termasuk karena tersambar petir dan lelehan lahar gunung berapi.
Namun, kuat dugaan bahwa penyebab karhutla lebih dominan karena ulah manusia. Ada yang sekadar iseng membuang puntung rokok atau karena sengaja membakar sampah.
Perbuatan manusia yang lebih parah adalah karena sengaja menebang pohon sembarangan, dan membuka lahan dengan membakar hutan.
Apapun itu, dan bukan karena diprotes negara tetangga, sudah saatnya pemerintah lebih intens melakukan pengawasan di lapangan dan segera mengambil tindakan agar karhutla segera padam.
Pelaku karhutla yang terbukti bersalah harus diproses secara hukum. Kemudian, lebih gencar melakukan sosialisasi agar kejadian serupa tidak terulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H