Nama warung tersebut adalah Warung Ikan Segar Sri Wahyuni, sesuai dengan nama si pemilik warung. Adapun program kampanyenya: "Meningkatkan Gizi dari Protein Ikan".
Terlihat juga kalimat "Saya tidak nyaleg, tapi jualan ikan" yang diikuti ajakan kepada mereka yang membaca baliho itu untuk memilih jenis ikan yang ditawarkannya.
Ada sebuah daftar di baliho tersebut yang mencantumkan jenis ikan beserta nomor urutnya.Â
Baliho kreatif itu memang menarik perhatian dan mengundang sejumlah orang berfoto dengan latar belakang baliho tersebut, mungkin karena dianggap unik.
Masalahnya, promo yang mencuri perhatian seperti itu tidak serta merta meningkatkan omzet penjualan, karena ada pengunjung yang datang sekadar berfoto-foto saja.
Jadi, dalam kasus penjual ikan di atas, promo yang bagus harus dibarengi dengan mutu ikan yang baik, harga yang terjangkau, dan pelayanan yang memuaskan pelanggan.
Lagipula, bila banyak pelaku usaha yang memasang baliho ala caleg, lama-lama tidak lagi dianggap unik dan masyarakat tidak lagi melirik.
Kalau begitu, pelaku usaha harus memutar otak lagi agar menemukan baliho yang lain daripada yang lain.
Selain warung ikan di atas, Detik.com (16/2/2023) menuliskan ada 4 pelaku  usaha kuliner lainnya yang memajang baliho ala caleg berkampanye.
Pertama, Rumah Makan Padang Djuang di Jalan Kaliurang KM 14, Yogyakarta. Di balihonya tertulis "Saya tidak nyaleg, tapi jual nasi Padang. Nasi ambil sendiri."