Namun, kegembiraan itu hanya bertahan 3 bulan, karena per 1 September 2023, harga Pertamax kembali ke Rp 13.300.
Celakanya lagi, 1 bulan kemudian, yakni yang baru saja terjadi per 1 Oktober 2023, harga Pertamax melambung lagi menjadi Rp 14.000.
Artinya, setelah sejak Januari 2023 hingga September 2023 harga Pertamax masih bergerak di angka Rp 12.000-an hingga Rp 13.000-an, sekarang menyentuh Rp 14.000-an.
Meskipun harga BBM bersubsidi tidak dinaikkan, tapi mengingat besarnya konsumsi BBM non subsidi, kenaikan harganya jelas berdampak kepada berbagai hal.
Pertama, karena BBM berkaitan dengan hampir semua aspek kehidupan, terutama dalam industri logistik dan transportasi, maka diperkirakan harga berbagai barang dan jasa akan ikut naik.
Kedua, dengan demikian dampak berikutnya adalah meningkatnya biaya hidup dan menurunnya daya beli masyarakat.
Ketiga, jika kenaikan harga barang dan jasa tersebut berlangsung terus menerus dalam jangka waktu tertentu, maka kondisi ini disebut dengan inflasi yang membuat nilai uang menurun.
Keempat, usaha mikro dan kecil akan terpukul karena beban produksi yang meningkat, padahal modalnya terbatas. Usaha kecil tidak gampang menaikkan harga, karena konsumennya warga kelas bawah.
Kelima, jika usaha kecil banyak yang bangkrut tentu akan menambah jumlah pengangguran. Bahkan, jika sektor industri juga terpukul, pekerja yang terkena PHK akan bertambah.
Keenam, mengingat sekarang lagi dalam "tahun politik", kondisi tersebut di atas bisa "digoreng", sehingga sedikit banyaknya akan meresahkan sebagian masyarakat.
Menghadapi berbagai dampak negatif di atas, langkah apa kira-kira yang bisa dilakukan masyarakat?