Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hati-hati Menegur Tukang, Jangan Ajari Tentara Berbaris

30 Agustus 2023   06:47 Diperbarui: 31 Agustus 2023   11:15 6338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tukang lagi bekerja. (Sumber: Longo dari Pixabay/Daniele)

Maksudnya, dalam hal yang sangat teknis, tukang merasa lebih tahu berdasarkan pengalamannya ketimbang si pemberi kerja.

Celakanya, bila si pemberi kerja menegur dengan gaya seorang bos terhadap anak buah, tentu membuat si tukang merasa tidak diwongke (tidak dimanusiakan).

Nah, tukang yang bersumbu pendek (mudah tersulut emosinya) bisa saja membuat tindakan yang diluar dugaan.

Itulah yang menimpa seorang dosen UIN Raden Mas Said, Solo, Jawa Tengah, bernama Wahyu Dian Silviani. Sang dosen ditemukan tewas di sebuah rumah di Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kuli bangunan bernisial DF (23 tahun) yang membunuh korban telah ditangkap polisi, seperti ditulis Detik.com (27/8/2023).

DF mengaku ditegur korban soal pekerjaannya yang dinilai jelek. Korban menegur dari pagi hingga sore Senin (21/8/2023), sehingga DF sakit hati dan berencana membunuh korban.

Bagaimanapun juga, tindakan si tukang di atas tidak bisa dibenarkan. Tapi, ada hikmah yang bisa dipetik, yakni perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan pekerja rumah.

Toh, bukankah kita yang dalam kondisi tertentu sangat memerlukan jasa tukang? Memang, kadang-kadang hanya soal kecil yang kita hadapi,seperti kran air bocor, talang air rusak, dan sebagainya.

Namun, soal kecil itulah yang banyak di antara kita tak bisa memperbaikinya sendiri. Tak ada jalan lain, harus mencari tukang.

Di lain pihak, tukang juga butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang, agar dapurnya tetap berasap dan bisa memberi makan keluarganya.

Jadi, posisi pemberi kerja dan tukang relatif setara, terdapat hubungan saling membutuhkan. Jangan samakan dengan hubungan seorang bos dengan anak buah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun