Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Jangan Cepat Tergoda dengan Waralaba Autopilot

4 September 2023   07:11 Diperbarui: 6 September 2023   07:35 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah stan waralaba asal di Malaysia saat pameran di ICE BSD Tangerang (25/8/2023). (Dok. Kompas/Yosepha Debrina R Pusparisa)

Waralaba (franchise) adalah suatu model atau sistem bisnis yang makin populer dan berkembang pesat, tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga merambah hingga kota kecil.

Secara umum, waralaba bisa diartikan sebagai kerja sama dalam bidang usaha dengan pola bagi hasil yang telah disepakati pihak-pihak terkait, yang mencakup hak kelola dan hak pemasaran.

Sistem waralaba akan memudahkan mereka yang tertarik jadi pelaku usaha, karena merek produk dan sistem operasionalnya sudah jadi atau sudah tersedia.

Ibaratnya, waralaba adalah jalan pintas dalam memulai usaha. Franchisor sebagai principal (pemilik waralaba atau pemilik brand), memberi hak kepada pembeli atau penyewa (franchisee).

Dengan demikian, si pembeli hak waralaba sudah bisa menjalankan usahanya menggunakan merek yang sudah diwaralabakan itu, lengkap dengan sistem operasionalnya yang sudah standar.

Maka, jangan heran bila gerai minimarket seperti Indomaret dan Alfamart demikian cepat berkembang biak, karena mereka yang punya modal bisa membeli hak dan membuka gerai.

Apalagi, bila melihat waralaba di usaha kuliner, banyak sekali nama-nama terkenal. Mulai dari waralaba asing seperti KFC, McDonalds, hingga waralaba lokal seperti Rumah Makan Padang "Sederhana".

Tapi, jangan mengira waralaba bisa berjalan sendiri dengan model autopilot. Kalau ada yang mengatakan seperti itu, mungkin itu gimik agar waralabanya banyak yang tertarik membeli.

Istilah autopilot awalnya muncul dalam dunia transportasi, seperti pesawat terbang, kapal laut dan mobil.

Sistem pilot otomatis itu membuat kendaraan mampu dikendalikan atau dipandu tanpa campur tangan manusia, karena sistem mekanikal, elektrikal dan hidraulisnya telah mengambil alih.

Nah, autopilot dalam bisnis kira-kira diartikan sebagai bisnis yang dirancang dapat berjalan secara otomatis atau mandiri, sehingga pelaku usaha bisa fokus pada pengembangan bisnis.

Namun, dalam konteks membeli hak waralaba, si pelaku usaha yang sekadar duduk manis dengan mengawasi ala kadarnya sambil menunggu laporan keuangan, tidaklah cukup.

Pelaku usaha yang membeli hak waralaba tetap memerlukan kecermatan dalam berbagai aspek, meskipun tidak memulai usaha dari nol. 

Jika salah perhitungan, cuan yang diharapkan tidak akan datang, malah akan menuai kerugian. 

Bukankah sudah banyak gerai waralaba yang tutup di suatu kota, meskipun gerai yang sama di kota lain malah berkembang.

Penyebab kegagalan usaha waralaba itu berkemungkinan karena lokasi usaha yang kurang tepat, walaupun sebelumnya sudah disurvei.

Sebelum dibuka, bisa jadi studi kelayakan yang dibuat tidak valid, asumsi yang dipakai disusun dengan versi yang sangat optimis.

Kenyataannya, setelah usaha mulai beroperasi, ketahuan bahwa asumsi yang dipakai terlalu berlebihan (overstated).

Bisa pula karena si pelaku usaha tidak mau belajar, tidak mau turun langsung menyediakan waktu untuk mengontrol dan mengevaluasi bisnis.

Karena sistemnya sudah standar, lalu si pelaku usaha ongkang-ongkang kaki saja atau sibuk dengan pekerjaan lain, adalah tindakan yang keliru.

Kalau memang tak punya waktu atau tak punya kemauan untuk belajar, tak usah membuka usaha dengan membeli hak waralaba.

Jangan berpikir karena usaha yang dibuka sudah dikenal konsumen (karena mereknya sudah banyak di tempat lain), lalu semuanya akan lancar jaya.

Sekali lagi, istilah autopilot dalam usaha waralaba sebetulnya mengandung bias. Pelaku usaha harus juga mau sebagai operator, bukan sekadar investor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun