Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Mal-mal di Sumbar Tertinggal Jauh Ketimbang di Riau

10 Agustus 2023   08:36 Diperbarui: 10 Agustus 2023   21:27 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa mal di Padang, Sumbar|dok. piamanexplore.com

Saya relatif sering mengunjungi beberapa mal di wilayah Jabodetabek. Tapi, yang paling banyak adalah ke mal di Jakarta Selatan karena cukup dekat dari rumah saya. 

Mal Kota Kasablanka, Kuningan City, Lotte Shopping Avenue, Senayan City, dan Plaza Senayan, adalah beberapa mal yang tersering saya kunjungi.

Saya, dan juga istri saya, sebetulnya bukan orang yang suka berbelanja barang harian ataupun produk-produk branded yang dijual di mal-mal.

Justru, untuk barang tertentu seperti bahan untuk memasak, istri saya lebih banyak membeli di pasar tradisional, bukan di supermarket yang ada di mal.

Tapi, saya menjadikan mal sebagai tempat yang asyik untuk makan dan minum, menonton film, ke toko buku jika di mal tersebut ada toko buku, atau sekadar aktivitas cuci mata.

Jika saya membawa anak-anak, mal yang punya fasilitas arena bermain anak-anak, akan menjadi pilihan saya.

Jalan-jalan di mal bagi saya terasa nyaman. Apalagi, bila malnya didesain dengan arsitektur unik dan interiornya menarik, serta menyediakan tempat duduk di koridornya tanpa harus berbelanja.

Jadi, untuk mal-mal yang saya sering kunjungi, saya bisa mengatakan bahwa sejak pandemi berlalu, mal ramai lagi.

Namun, yang ramai tersebut lebih terasa di food court yang ada di mal, dan juga di bioskop jika yang diputar film-film yang bagus.

Apalagi jika artis Korea atau Thailand yang lagi mengadakan acara temu penggemar yang digelar di sebuah mal, akan hingar bingarlah mal dengan teriakan histeris para penggila artis tersebut.

Sedangkan untuk gerai pakaian dan produk bermerek lainnya, tidak begitu ramai, meskipun tidak lagi sesepi saat pandemi.

O ya, saya tidak hanya mengamati mal di Jakarta, tapi juga di daerah. Soalnya, dalam beberapa bulan terakhir ini, saya sudah 3 kali pulang ke kampung di Payakumbuh melalui Pekanbaru.

Beberapa mal di Padang, Sumbar|dok. piamanexplore.com
Beberapa mal di Padang, Sumbar|dok. piamanexplore.com

Payakumbuh adalah kota kelas sedang yang terletak di Sumbar. Kota ini terletak antara dua ibu kota provinsi, yakni antara Padang (Sumbar) dan Pekanbaru (Riau).

Saya merasa kota kelahiran saya sudah semakin modern saja sejak munculnya Plaza Payakumbuh, pusat perbelanjaan berlantai 3 pada 2009.

Di plaza tersebut, tenant terbesar adalah Ramayana Departement Store dan beberapa gerai makanan yang sudah punya nama di level nasional.

Sayangnya, sejak pandemi hingga sekarang, Plaza Payakumbuh terlihat sepi, apalagi sejak Ramayana hengkang dari sana.

Saya kira bukan soal daya beli masyarakat yang rendah sebagai penyebabnya, mungkin karena tarif sewa yang mahal dan tak adanya event tertentu yang diadakan di Plaza Payakumbuh.

Soalnya, di lain pihak saya melihat lumayan ramainya puluhan gerai makanan yang stand alone di berbagai penjuru Payakumbuh, termasuk franchise terkenal seperti KFC dan Pizza Hut.

Beberapa pasar swalayan merek lokal, baik yang menjual barang harian, maupun swalayan yang menjual pakaian, juga lumayan ramai.

Perlu diketahui, dengan tujuan melindungi swalayan lokal, pemerintah daerah belum mengizinkan dua nama besar nasional, Indomaret dan Alfamart, untuk beroperasi di Sumbar. 

Konsumen yang berbelanja di Payakumbuh bukan saja warga lokal, tapi banyak juga mahasiswa dari berbagai daerah yang kuliah di Payakumbuh.

Plaza Payakumbuh|dok. skyscrapercity.com
Plaza Payakumbuh|dok. skyscrapercity.com

Wisatawan yang berkunjung ke Lembah Harau, salah satu objek wisata unggulan di Sumbar, juga membuat Payakumbuh semakin ramai.

Belum lagi mereka yang melakukan perjalanan darat dari Sumbar ke Riau atau sebaliknya yang sengaja singgah di Payakumbuh, karena kafe-kafe di sini buka hingga larut malam.

Menurut saya, jika tampilan Plaza Payakumbuh diberi casing (dengan sedikit renovasi) yang lebih eye-catching, akan mampu menarik kembali masyarakat berkunjung ke sana.

Selain itu, memperbanyak program promo, serta melakukan acara meet and greet dengan artis nasional, juga akan berdampak positif.

Terlepas dari kegagalan mal di Payakumbuh, secara umum mal-mal di Sumbar harus diakui memang ketinggalan jauh dari provinsi tetangganya (Riau).

Di Sumbar, paling tidak, ada 7 mal di Padang, 2 mal di Bukittinggi, dan 1 mal di Payakumbuh yakni Plaza Payakumbuh itu tadi.

Itupun yang betul-betul mal hanya Basko Grand Mall dan Transmart, yang keduanya terletak di Kota Padang.

Sisanya, baru berupa pasar modern dua atau tiga lantai dengan satu penyewa perusahaan ritel berkelas nasional dan puluhan penyewa kelas kecil seperti yang ada di Payakumbuh di atas.

Sedangkan di Riau, provinsi ini memang makin melesat dilihat dari sisi kesejahteraan masyarakatnya. Riau adalah daerah kaya minyak dan juga perkebunan kelapa sawit.

Tidak usah kaget, di Pekanbaru ada belasan mal, dengan tampilan yang mirip dengan mal-mal di Jakarta.

Bukan hanya soal tampilannya, tingkat keramaian mal-mal di Pekanbaru juga terlihat lumayan. Kota lain di Riau yang juga punya mal antara lain di Dumai dan Duri.

Secara sekilas saya amati, Padang sebagai ibu kota provinsi telah tertinggal dibanding Pekanbaru sejak belasan tahun terakhir. Padahal sampai era 1990-an, justru Padang yang lebih maju. 

Potensi ekonomi Sumbar memang tidak sebesar Riau. Namun, dengan keindahan alamnya yang memikat, sektor pariwisata Sumbar perlu lebih dikembangkan, sehingga jumlah wisatawan semakin meningkat tajam.

Dari belanja para wisatawan lah, pasar-pasar di Sumbar, temasuk swalayan dan mal, bisa bertambah ramai dan bergairah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun