Sedangkan untuk gerai pakaian dan produk bermerek lainnya, tidak begitu ramai, meskipun tidak lagi sesepi saat pandemi.
O ya, saya tidak hanya mengamati mal di Jakarta, tapi juga di daerah. Soalnya, dalam beberapa bulan terakhir ini, saya sudah 3 kali pulang ke kampung di Payakumbuh melalui Pekanbaru.
Payakumbuh adalah kota kelas sedang yang terletak di Sumbar. Kota ini terletak antara dua ibu kota provinsi, yakni antara Padang (Sumbar) dan Pekanbaru (Riau).
Saya merasa kota kelahiran saya sudah semakin modern saja sejak munculnya Plaza Payakumbuh, pusat perbelanjaan berlantai 3 pada 2009.
Di plaza tersebut, tenant terbesar adalah Ramayana Departement Store dan beberapa gerai makanan yang sudah punya nama di level nasional.
Sayangnya, sejak pandemi hingga sekarang, Plaza Payakumbuh terlihat sepi, apalagi sejak Ramayana hengkang dari sana.
Saya kira bukan soal daya beli masyarakat yang rendah sebagai penyebabnya, mungkin karena tarif sewa yang mahal dan tak adanya event tertentu yang diadakan di Plaza Payakumbuh.
Soalnya, di lain pihak saya melihat lumayan ramainya puluhan gerai makanan yang stand alone di berbagai penjuru Payakumbuh, termasuk franchise terkenal seperti KFC dan Pizza Hut.
Beberapa pasar swalayan merek lokal, baik yang menjual barang harian, maupun swalayan yang menjual pakaian, juga lumayan ramai.
Perlu diketahui, dengan tujuan melindungi swalayan lokal, pemerintah daerah belum mengizinkan dua nama besar nasional, Indomaret dan Alfamart, untuk beroperasi di Sumbar.Â
Konsumen yang berbelanja di Payakumbuh bukan saja warga lokal, tapi banyak juga mahasiswa dari berbagai daerah yang kuliah di Payakumbuh.