Tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap teman-teman sesama penulis di Kompasiana, saya sering dihantui pertanyaan setiap membaca artikel yang berkaitan dengan financial freedom.
Financial freedom itu sendiri bisa diartikan secara bebas, sebagai suatu kondisi seseorang atau sebuah keluarga yang punya dana yang memadai untuk menutupi kebutuhannya hingga masa tua.
Nah, di Kompasiana relatif sering muncul tulisan tentang tips untuk meraih financial freedom, yang pada intinya bagaimana mengalokasikan pendapatan ke berbagai pos.
Umpamanya, sekian persen untuk belanja rutin, sekian persen untuk investasi, sekian persen untuk cadangan darurat, dan sebagainya.Â
Hal ini tentu membutuhkan kedisiplinan yang sangat ketat, agar yang sekian persen-sekian persen itu tadi bisa terpenuhi.
Ketika hasil investasi sudah berakumulasi demikian besar, sehingga tanpa bekerja pun uang datang sendiri, ketika itulah financial freedom tercapai.
Menjadi pertanyaan saya, apakah si penulis telah berhasil mempraktikkan tips yang ditulisnya atau baru sebatas memahami teorinya.Â
Saya tidak berpretensi, saya lebih baik berbaik sangka saja, bahwa si penulis memang sudah melakukan apa yang ditulisnya.
Namun, saya menduga bahwa sebagian pembaca yang masih berada pada kehidupan yang pas-pasan, akan mengatakan tulisan tentang financial freedom itu sebagai omdo (omong doang).