Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ketika Harga Tiket Pesawat Murah Tak Lagi Murah

22 Juli 2023   05:13 Diperbarui: 22 Juli 2023   05:24 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pesawat terbang di sebuah bandara|dok. Bisnis.com/Eusebio

Kebetulan saja, dalam jangka waktu 1 bulan terakhir ini, saya 2 kali bolak balik dari Jakarta ke Payakumbuh, sebuah kota yang terletak antara Padang dan Pekanbaru.

Dari Jakarta saya punya dua pilihan bila ingin ke kota kelahiran saya tersebut, yakni lewat Bandara Internasional Minangkabau Padang atau Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.

Adapun pilihan maskapai penerbangannya, bisa maskapai low cost carrier (LCC) yang bertarif murah, berbiaya sedang, atau yang bertarif tinggi.

Maskapai LCC tidak menyediakan makanan dan minuman bagi penumpang, sedangkan maskapai lainnya menyediakan makanan ringan dan air mineral.

Sebetulnya, jumlah maskapai penerbangan di tanah air sudah menyusut drastis karena sebagian besar mengalami kebangkrutan. Tentu, hal ini sebagai dampak perang tarif murah antar maskapai.

Dulu, pernah ada nama maskapai Merpati, Mandala, Kartika, Bali Air, Adam Air, Jatayu, Batavia, dan mungkin masih ada yang lainnya lagi.

Tapi, semua nama-nama di atas sekarang sudah berhenti beroperasi dan hanya tinggal kenangan belaka bagi pelanggan-pelanggannya.

Makanya, sekarang yang masih eksis melayani banyak rute hanyalah dari Grup Garuda Indonesia (termasuk Citilink) dan Grup Lion (termasuk Batik, Wings, dan Super Jet Air).

Masih ada pula Sriwijaya Air yang rutenya sangat terbatas dan ada lagi pendatang baru untuk penerbangan reguler, yakni Pelita Air.

Pelita Air merupakan anak perusahaan Pertamina yang dulunya merupakan penerbangan carteran.

Karena relatif baru, rute Pelita Air masih terhitung sedikit, yakni baru ke beberapa kota di Jawa, Sumatera, dan Bali.

Konon kabarnya, Pelita Air disiapkan Kementerian BUMN secara khusus, sebagai upaya berjaga-jaga sekiranya restrukturisasi utang Garuda Indonesia menemui jalan buntu.

Syukurlah, Garuda Indonesia sekarang sudah membaik kondisi kesehatan keuangannya, malah sudah membukukan laba yang besar.

Hanya saja, laba Garuda bukan dalam arti punya kas yang memadai, tapi karena utangnya yang berhasil direstrukturisasi, sesuai kesepakatan dengan krediturnya.

Kembali ke perjalanan saya baru-baru ini, ternyata sudah susah mencari harga tiket pesawat Jakarta-Padang dan Jakarta-Pekanbaru yang di bawah Rp 1 juta.

Padahal, seingat saya, hingga kondisi sebelum pandemi, masih ada maskapai LCC dari Jakarta ke Padang atau Pekanbaru yang bertarif sekitar Rp 600.000-700.000.

Jadi, sekarang ini, yang disebut sebagai pesawat bertarif murah pun, menurut saya sudah tidak lagi murah.

Memang, bila saya memesan tiket ke Padang atau Pekanbaru untuk beberapa hari mendatang yang bukan di hari sibuk (Jumat sampai Senin adalah hari padat penumpang), masih ada yang bertarif Rp 990.000.

Tapi, bagi saya tarif yang hanya beberapa ribu rupiah di bawah Rp 1 juta, saya sudah anggap sebagai Rp 1 juta.

Tarif termurah yang tak lagi murah itu dipasang oleh maskapai Pelita, Lion, dan Super Jet Air. Sedangkan Batik dan Citilink memasang tarif terbawah di kisaran Rp 1,1-1,3 juta.

Garuda sepertinya menghindar dari perang tarif, dan nyaman sendirian memasang tarif terbawah sekitar Rp 1,7-1,9 juta.

Kalau pelanggan memesan tiket secara dadakan, katakanlah untuk besok, maka harganya akan jauh lebih mahal.

Bagi saya, inilah konsekuensi bertumbangannya banyak maskapai, sehingga tekanan persaingan tak seketat dulu lagi.

Akhirnya, hukum pasar berlaku, ketika penumpang mulai bertambah saat jumlah maskapai berkurang, ya harga otomatis naik.

Inilah normal baru dunia penerbangan nasional yang harus diterima para pelanggan. Bagi yang keberatan, pilihannya untuk ke Padang atau Pekanbaru, banyak tersedia bus bertarif Rp 500.000.

Semoga kenaikan tarif pesawat bisa dimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan, termasuk ketepatan waktu terbang dan mendarat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun