Dalam menawarkan produk kepada saya, si petugas menekankan dua hal. Pertama, adanya program promo yang membuat harga produknya jadi lebih murah dari harga aslinya.
Kedua, tentang manfaat vitamin D bagi orang seusia saya. Bahwa setelah melewati usia tertentu, tulang seseorang bisa menjadi keropos.
Tapi, saya terbiasa untuk tidak langsung percaya begitu saja dengan omongan seorang tenaga pemasaran.
Sudah tugasnya memang menjelaskan kehebatan sebuah produk dan cenderung tidak mengungkapkan kelemahannya.
Hanya saja, seketika saya teringat dengan cerita adik saya yang pernah bermasalah dengan kakinya.
Setelah adik saya berkonsultasi ke dokter, disarankan untuk rutin mengonsumsi vitamin D. Alhamdulillah, sejak itu adik saya merasa tidak lagi bermasalah dengan kakinya.
Saya juga bukan tipe orang yang gampang tergoda harga diskon. Kalau akhirnya saya membeli, itu karena merasa produk tersebut bermanfaat buat saya.
Sebetulnya, berjemur di pagi hari merupakan sumber vitamin D yang alami. Di negara tropis seperti Indonesia, sinar mentari boleh dikatakan melimpah.
Tapi, saya belum berhasil mengalokasikan waktu rutin untuk berjemur, sehingga jalan pintas dengan mengonsumsi vitamin D, layak juga saya coba.
Kembali ke petugas pemasaran di apotik tersebut, saya melihat adanya kegigihan tanpa terkesan memaksa yang ditunjukkan si petugas.
Menurut saya, cara seperti itu menjadi salah satu kunci sukses seorang pemasar yang membuat konsumen menjadi nyaman.